Menurut
teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, pada masa transisi dari usia balita ke usia prasekolah, anak akan
mengembangkan ketertarikan yang kuat atau rasa ingin dekat dengan orang tua
lawan jenisnya. Hingga, kala ayah berdekat-dekatan dengan ibu, maka anak laki-laki pun cemburu. Ia
menganggap cinta ibunya akan diambil ayah. Jadilah ia mengembangkan rasa
permusuhan pada ayah. Hal serupa juga terjadi pada anak perempuan yang mencemburui ibunya
karena menganggap si ibu akan mengambil cinta ayahnya.
Menurut
Freud, anak yang masih kecil punya kecenderungan merasa nyaman ketika dekat
dengan orang tua yang berlainan jenis kelamin. Anak perempuan akan
mengembangkan ketergantungan yang tinggi pada ayah, sementara anak laki-laki
pada ibu.
Selain
itu menurut Freud, agar si kecil dicintai oleh orang tua lawan jenisnya,
ia akan melakukan identifikasi. Jadi, anak laki-laki akan berusaha sama seperti ayahnya agar dicintai
ibunya, sebaliknya anak perempuan
akan berusaha sama seperti ibunya untuk mendapatkan cinta ayahnya. Dari sinilah
berkembang self identification si kecil, ia akan mencontek sikap bicara sampai
gaya jalan orang tuanya.
Oedipus complex adalah istilah Sigmund
Freud untuk menggambarkan kecenderungan
anak laki-laki usia 3-5 tahun berkompetisi
dengan ayahnya untuk mendapatkan
perhatian dan kasih sayang ibu. Sementara
itu, electra complex merupakan
keadaan yang sama dengan oedipus complex, tetapi terjadi pada anak perempuan.
Sedangkan
menurut Lesley, hubungan antara ibu dan anak perempuannya bisa saling
mengidentifikasi secara kuat dengan menjadikannya inspirasi satu sama lain, dan
biasanya hubungan ini lebih sering diisi dengan ikatan emosional yang lebih
dalam. Aspirasi sang ibu untuk anak
perempuannya sering kali bertentangan. Selain itu, saat ibu memasuki usia 30-40
tahun, anak perempuannya akan memasuki usia remaja, dan sering kali timbul
ketidakcocokan antara keduanya yang bisa menimbulkan masalah diantara keduanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya dan anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya. Namun, hal ini tentunya tidak menutup kemungkinan bagi sang anak untuk dekat dengan keduanya.
Ada beberapa penyebab seorang anak lebih dekat kepada ayah atau ibunya, yaitu :
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya dan anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya. Namun, hal ini tentunya tidak menutup kemungkinan bagi sang anak untuk dekat dengan keduanya.
Ada beberapa penyebab seorang anak lebih dekat kepada ayah atau ibunya, yaitu :
A. TERIKAT
PADA SATU ORANG TUA
Terlepas dari
teori Freud, secara logika, kecemburuan si kecil disebabkan ada ketergantungan yang tinggi pada salah satu
orang tua, hingga ia tak mau membagi kasih sayang atau atensi pada orang tua
yang satunya. Jadi, pada diri anak, entah si Upik atau Buyung, ada keinginan
mendapatkan rasa sayang yang berlebihan dari salah satu orang tua saja,
biasanya yang menjadi caregiver utama.
B. BIKIN
TAMBAH CEMBURU
Tak
sedikit orang tua yang menganggap lucu kecemburuan si kecil lantaran si kecil
melampiaskannya dengan berguling-guling di lantai atau berusaha menjauhkan ibu
dari si ayah sambil menangis. Hingga, orang tua jadi terdorong menggoda si anak. Padahal, sikap orang tua
yang demikian hanya membuat anak makin merasa terancam. Selain akan menimbulkan kecemasan atau
ketakutan yang tinggi pada anak karena orang tua tak mendukungnya untuk
memberikan kasih sayang, tapi malah memperlihatkan seolah-olah akan
meninggalkan.
Jika
hal ini terus-menerus terjadi, anak akan merasa dirinya tak menjadi spesial
buat orang tuanya, karena kasih sayang ayah-ibu hanya untuk mereka berdua. Selain itu, kalau si anak laki-laki dekat dengan ibunya, dia akan menganggap ayahnya
sebagai rivalnya, hingga dia tak lagi mau menurut sama
ayahnya atau si anak perempuan
tak menurut sama ibunya.
C. AKTIF
MENDEKATI ANAK
Tak
jarang pula, kala menyaksikan anaknya menjadi tempertantrum semisal
guling-guling di lantai lantaran cemburu, si ibu/ayah mengatakan, "Ya,
udah, sini... sini sama Bunda/Ayah”.
Hal ini tentunya, justru akan melabel anak bahwa
benar si ayah/ibu merupakan ancaman baginya.
Untuk
menyelesaikan masalah ini, maka sangat diperlukan keterlibatan dari orang tua
yang dimusuhi oleh si anak. Keterlibatan orang tua yang dimusuhi oleh
anak dalam upaya menenangkan si anak maupun memupuk kedekatan dengan si anak,
amatlah penting. Hal ini akan
menumbuhkan rasa aman pada si kecil, karena ia merasa disayangi dan dicintai,
bukan hanya oleh salah satu orang tua, melainkan keduanya.
Terlepas
dari beberapa hal di atas, ada beberapa hal yang harus kita ketahui untuk
menghadapi anak akan kecenderungan mereka untuk dekat pada ayah/ibu tersebut,
yaitu :
A. KADAR CEMBURU TIAP ANAK BERBEDA
Tiap
anak itu unik. Makanya, takaran cemburu masing-masing anak juga beda; ada yang
besar, ada yang kecil, ada pula yang biasa-biasa saja. Perbedaan ini, bukan
karena kadar rasa cemburu itu sendiri, melainkan lebih karena kebutuhan atensi
tiap anak berbeda.
Hal
ini disebabkan temperamen yang berbeda sejak lahir.
Pada anak sulit yang beradaptasi, harus diberikan
atensi lebih besar. Beda dengan anak yang cepat beradaptasi dengan lingkungan
dan merasa aman, dia tak memerlukan atensi besar dari orang tuanya. Nah,
anak-anak yang butuh atensi besar ini, akan marah kala orang yang dekat
dengannya memberikan atensi pada orang lain. Dari marah inilah lama-lama akan
mengembangkan rasa cemburu.
B. BILA ANAK TIDAK CEMBURU
Ada
juga, anak yang tak mempunyai rasa cemburu. Bukan berarti orang tua lantas tenang-tenang saja.
Hal ini disebabkan karena, anak yang tak cemburu bisa karena
dia memang bukan tipe anak yang memerlukan atensi lebih. Hal ini juga bisa menjadi bukti bahwa si
kecil sudah merasa aman dan tak merasa terancam.
Penyebab
lain seorang anak tidak cemburu, yaitu karena orang tua tak dekat
dengan anak. Anak yang tak
cemburu karena orang tuanya tak atentif, akan mengembangkan sikap cuek. Jika
disuruh memilih antara orang tua dengan orang lain, dia akan memilih orang
lain, karena dia tak merasa orang tuanya sebagai figur yang istimewa atau tak
berbeda dengan orang lain. Namun,
anak yang tak cemburu karena bawaan, tentunya anak akan memilih orang tuanya, karena merekalah figur
pemberi kasih sayang kepadanya. Anak yang tak cemburu karena bawaan, akan
merasa aman, hingga ia mau tetap dekat dengan ayah-ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar