Sabtu, 07 April 2012

MASALAH SOSIAL GAY DAN LESBIAN



A.      PENGERTIAN GAY DAN LESBIAN
Gay dan lesbian merupakan suatu kelainan seksual yang termasuk dalam kelompok homoseksualitas. Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada "pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, "Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu.
          Homoseksualitas dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1.    Gay, adalah rasa ketertarikan oleh individu berjenis kelamin laki-laki
Gay atau "Homo" adalah istilah untuk  yang memiliki kecenderungan seksual kepada sesama pria atau disebut juga pria yang mencintai pria baik secara fisik, seksual, emosional atau pun secara spiritual. Mereka juga rata-rata agak memedulikan penampilan, dan sangat memperhatikan apa-apa saja yang terjadi pada pasangannya. Biasanya mereka melakukan hubungan sesama jenis melalui seks oral atau seks anal. Hubungan melalui anal seks disebut juga sodomi.
2.    Lesbian, adalah rasa ketertarikan oleh individu berjenis kelamin perempuan.
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual. Istilah ini dapat digunakan sebagai kata benda jika merujuk pada perempuan yang menyukai sesama jenis, atau sebagai kata sifat apabila bermakna ciri objek atau aktivitas yang terkait dengan hubungan sesama jenis antar perempuan.

B.       SEJARAH HOMOSEKSUALITAS
Sejarah homoseksualitas dapat ditilik dari masa Mesir Kuno, sementara itu sikap masyarakat terhadap hubungan sesama jenis telah berubah dari waktu ke waktu dan berbeda secara geografis. Bermula dari mengharapkan semua pria terikat dalam hubungan sesama jenis, dalam kesatuan sederhana, melalui penerimaan, dalam pemahaman praktik tersebut merupakan dosa kecil, menekannya melalui penegakan hukum dan mekanisme pengadilan, hingga dalam pengharaman hubungan tersebut praktik homoseksual dijerat dengan hukuman mati
Dalam kumpulan kajian sejarah dan etnografi budaya pra-industri, "penolakan terhadap homoseksualitas dilaporkan sebesar 41% dari 42 budaya; Sebesar 21% budaya menerima dan/atau mengabaikan homoseksualitas, dan 12% melaporkan tidak ada konsep seperti itu. Dari 70 catatan etnografis, 59% melaporkan homoseksualitas tidak ada atau jarang terjadi dan 41% menunjukkan homoseksualitas ada atau dianggap biasa.

C.      PENYEBAB GAY DAN LESBIAN (HOMOSEKSUALITAS)
Sejak lebih dari 150 tahun para ahli Medis-Seksologi dan Psikologis telah berusaha untuk menyelidiki etiologi pembentukan prefensi homoseksual.
Faktor-faktor sebagai penyebab kemungkinan penyimpangan kehidupan seksual dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini
  • Adanya faktor khusus sebagai penyebab homoseksual
    Penyebab Homoseksual karena faktor yang ada sebelum dilahirkan.
  • Homoseksual terjadi setalah dilahirkan, jadi diperoleh dalam waktu hidup, artinya faktor dalam perkembangan hidup.
  • Apakah ini dipandang satu penyakit?
Biarpun pada keseluruhannya belum jelas benar penyebab Homoseksual ini, tetapi pada dasarnya asal usulnya dari timbulnya Homoseksual bisa dibagi dalam dua These utama yaitu
  • Orientasi homoseksual ini sudah ada sebelum Lahir. Karl Heinrich Ulrichs ( 1825 - 1895) menyatakan bahwa homoseksual adalah pembawaan secara biologis sebelum kelahiran, jadi dikatakan bahwa ini karena adanya Gen (Gen Homoseksual) yang sudah terbentuk di tubuhnya. Jadi sebelumnya sudah ada potensial untuk menjadi satu manusia Gay atau Lesbian .Willhart S.Schlegel menguraikan tentang adanya predisposisi herediter.Sedangkan Dean Hame r menemukan X Chromosom yang berhubungan dengan Homoseksual. Dalam satu Penelitian Endokrinologi ada kemungkinan dari satu campuran yaitu adanya Gen Homoseksual dan pengaruh Hormon pada waktu Kehamilan Ibunya ( Günther Dörner ).
  • Orientasi Homoseksual terjadi setelah lahir yaitu melalui indentifikasi proses waktu masih kanak kanak atau karena pengalaman( kejadian) hidup terutama waktu masa pubersitas. Sigmund Freud, Psikoanalisis dari Austria 1905 menyatakan bahwa setiap manusia lahir biseksual, di mana dengan terjadinya pengaruh perkembangan hidupnya bisa hetero atau menjadi homoseksual karena Indentitas sosial dan psikologi setiap manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidup pengalamannya.
Kesimpulannya, kenapa sekelompok manusia ini Gay atau Lesbian, tampaknya karena dalam tubuhnya ada faktor gen homoseksual, adanya faktor Predisposisi untuk menjadi Gay atau Lesbian dan dengan pengaruh hormon atau perkembangan hidup mendorong mereka menjadi Gay atau Lesbian. Selain itu, ada yang dinamakan teori evolusi yang juga berdasarkan teori Genetik menerangkan kelanjutan perkembangannya sampai menjadi homoseksual. Kalau dilihat dari penyebab kenapa mereka itu jadi homoseksual, barangkali karena nasib yang diberikan sang Pencipta pada manusia .

D.      DAMPAK HOMOSEKSUALITAS
          Walaupun World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan homoseksualitas dari daftar penyakit kejiwaan pada tanggal 17 Mei 1981, dan mengeluarkannya dari daftar penyakit pada tahun 1992 (Kamilia Manaf: 2007), tetapi dampak dari homoseksual tidaklah main-main. Hal ini terbukti dari data penderita HIV/AIDS di Amerika.Data pasien AIDS di Amerika menunjukan bahwa penderita AIDS terbanyak ditunjukan oleh kaum homoseksual atau biseksual sekitar 65%, pengguna jarum suntik 17%, homoseksual dan suntik 8%, hemofilia 1%, penerima tranfusi darah 2%, heteroseksual 4% dan lainnya 3%.  Data pada tahun 2002 juga menunjukan angka yang tidak terlalu jauh yaitu sebagai berikut: 68,3% homoseksual, 12,9% karena obat suntik, 8% homoseks dan jarum suntk, hemofilia 2,1%, heteroseksual 3,4%, tranfusi darah 0,7%, ibu pengidap HIV 0,6% dan lainnya 4%.Dari data diatas, fakta kebanyakan menyebut angka penyebab AIDS paling tinggi terdapat di kalangan mereka yang melakukan hubungan seksual sesama jenis dan kemudian disusul pengguna narkoba suntikan, baru disusul hubungan heteroseksual, dan kemudian di susul penyebab lainnya.  

E.  MENGATASI HOMOSEKSULITAS
          Didalam Psikoanalisa untuk mengatasi homoseksual menurut Bieber (Soeharko Kasran: 2008) dapat dilakukan dengan terapi selam 350 jam, dari 1/3 homoseksual/ biseksual pria sebanyak 100 orang dapat ditanggulangi setelah 5 tahun. Mac Culloch dengan anticipatoryavoidance conditioning dapat mereduksi homoseksualitas sebanyak 57%  selama 2 tahun.
          Yang paling utama dalam terapi ini adalah dengan adanya motivasi yang kuat yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Sedangkan agar meminimalisir kemungkinana homoseksualitas maka pada saat masih kanak-kanak, individu harus diberikan pendidikan secara proporsional oleh kedua orang tua khususnya pada usia 4 tahun keatas.
Serang ayah harus memerankan perannya sebagai seorang bapak yang baik dan begitu pula seorang ibu harus memerankan perannya sebagai seorang ibu secara baik pula. Oleh karena itu pola asuh orang tua yang baik dapat meminimalisir kemungkinan individu menjadi homoseksual.
          Beberapa langkah praktis berikut dapat membantu orangtua dalam mengatasi kecenderungan homoseksual pada anak:
1. Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis, ayah dan ibu yang saling mengasihi dan masing-masing menjalankan fungsinya dalam keluarga.
2. Tidak mengolok-olok kelemahan anak. Tapi justru memberi dukungan pada anak dengan perkataan yang membangun.
3. Hindari pemberian “label” banci  kepada anak laki-laki atau tomboy kepada anak perempuan.
4. Menjadi teman bicara yang baik untuk anak-anak. Sebagian besar pelaku homoseksual pernah melewati suatu masa kesepian di mana mereka ingin mengungkapkan pergumulan mereka kepada seseorang yang dapat mereka percayai, tapi mereka tidak menemukannya.
5. Para ayah perlu terlibat langsung dalam membina hubungan dengan anak-anaknya. Menjadi figur teladan seorang pria bagi anak laki-laki dan memiliki kepekaan untuk berinteraksi dengan anak perempuannya. Para ibu perlu menyadari bahwa anak-anak laki-laki harus melepaskan diri dari keserupaan dan kedekatan dengan ibunya, untuk bertumbuh menjadi seperti ayahnya. Pergeseran ini tidak dialami oleh anak-anak wanita.
6. Orangtua perlu untuk terus menerus membina komunikasi dengan anak-anak mereka pada setiap tahap kehidupannya.
7. Ajarkan pada anak-anak sejak usia dini bahwa tubuh mereka adalah bait Roh Kudus  dan seharusnya diperlakukan secara terhormat. Ajari mereka untuk melindungi diri dari pelecehan seksual dan berbicara terbuka tentang perlakuan yang mereka anggap aneh atau tidak wajar dari seseorang.
8. Berhati-hati dalam mempercayakan anak-anak pada pengawasan orang lain. Beberapa kasus pelecehan seksual dilakukan oleh “orang dekat” atau orang “kepercayaan”, bahkan di dalam lingkungan yang dianggap cukup rohani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar