PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Pekerjaan Sosial adalah suatu
kegiatan profesional untuk membantu individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat untuk meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam
melaksanakan fungsi sosialnya serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan
mereka mencapai tujuannya. Tahapan intervensi atau pelaksanaan program
merupakan rangkaian kegiatan proses pertolongan dalam pekerjaan sosial setelah
kegiatan perencanaan kegiatan.
Bentuk nyata kegiatan praktek pekerja sosial bersama
masyarakat tersebut biasa disebut dengan pelaksanaan intervensi.Pelaksanaan
intervensi adalah tindakan nyata atau tindakan konkrit yang berada didalam
masyarakat untuk melaksanakan program tersebut secara konsisten, termasuk
didalamnya dukungan ketersediaan anggaran dan profesionalisme pelaksanaan
rencana.
Jadi, intervensi merupakan tahap
yang sangat penting dari pekerjaan sosial. Dalam melakukan intervensi ini,
pekerja sosial tentunya membutuhkan kerjasama dari kelayan dalam menyelesaikan
masalah kelayan tersebut, juga tentunya kerjasama dari berbagai pihak baik itu
masyarakat setempat, maupun berbagai sistem sumber yang dapat digunakan.
1.2
TUJUAN
Mengetahui dan memahami Intervensi dalam
praktek pertolongan pekerjaan sosial berdasarkan landasan konseptual dari
intervensi itu sendiri
Mengetahui dan memahami contoh kajian
kasus intervensi dalam praktek pertolongan pekerjaan sosial berdasarkan
teori-teori dalam melakukan intervensi pekerjaan sosial.
BAB II
ISI LAPORAN
2.1
TINJAUAN KONSEPTUAL
2.1.1
Pengertian Intervensi
Intervensi
sosial dapat diartikan
sebagai sebagai cara atau strategi memberikan bantuan kepada masyarakat
(individu, Kelompok, komunitas). Intervensi sosial merupakan metode yang
digunakan dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan sosial
dan kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial dan kesejahteraan
sosial adalah dua bidang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya memfungsikan kembali fungsi sosialnya.
Intervensi sosial adalah
upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Dikatakan perubahan
terencana agar upaya bantuan yang diberikan dapat dievaluasi dan diukur
keberhasilannya. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu upaya
untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan, dalam hal ini, individu, keluarga, dan
kelompok. Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi di mana seseorang dapat
berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan lingkungan dan peran yang dimilikinya.
Intervensi Pekerjaan Sosial adalah
aktivitas profesional Pekerjaan Sosial yang dikenakan/ditujukan kepada orang,
baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat, baik yang bersifat residual
ataupun institusional, baik langsung maupun tidak langsung, baik preventif,
kuratif-rehabilitatif, developmental-edukatif, maupun preventif, yang dilandasi
oleh seperangkat ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dan kode etik profesi.
2.1.2
Pendekatan dalam Intervensi
Dalam intervensi pekerjaan sosial,
dapat di lakukan dengan beberapa pendekatan, diantaranya :
a. Pendekatan Sosiologis
1) Pendekatan Agama
Pendekatan ini bersifat individual;
berhubungan dengan keyakinan masing-masing terhadap ajaran agamanya. Melalui
pendekatan agama diajarkan bahwa masalah sosial akan timbul bila terjadi
pelanggaran terhadap norma-norma
agamanya. Pelanggaran ini akan mendapat sanksi yang kadang sifatnya sangat
abstrak dan sangat tergantung kepada keyakinân para penganutnya.
Pendekatan ini lebih terasa keefektifannya
dalam kerangka preventifdengan cara penanaman nilai-nilai agama sejak dini dari
tiap keluárga dalam masyarakat.Penanaman nilai-nilai agama secara dini
diharapkan bisa menjadi benteng ataupun juga filter dalam menyaring pengaruh
negatif dari sekelilingnya yang pada gilirannya dapat mencegah terhadap
terjadinya masalah-masalah sosial.
2) Pendekatan Hukum
Pendekatan hukum dan pendekatan agama ada
kesamaan dalam segi historis, dalam arti pendekatan hukum dalam memandang
fenomena masalah sosial bisa bersumber pada pendekatan agama.Pendekatan hukum
memandang bahwa masalah sosial terjadi bila terjadi pelanggaran terhadap
norma-norma hukum dan untuk pelaku pelanggaran tersebut akan dikenakan sanksi
yang jelas yang mengacu pada peraturan atau norma yang sudah dikodifikasikan
dan disahkan.
Pendekatan ini bisa bersifat preventif dalam
arti masalah sosial dapat dicegah melalui upaya sosialisasi norma-norma hukum
yang berlaku; maupun bersifat kuratif atau rehabilitatif dalam arti terhadap
pelaku pelanggar norma hukum akan diberikan sanksi tertentu dan diadakan
pembinaan agar dia tidak lagi melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma
hukum. Mereka yang berperan dalam pendekatan ini antara lain adalah para
penegak hukum maupun aparat pemerintah yang berwajib.
3) Pendekatan Jurnalistik
Pendekatan jurnalistik dimaksudkan sebagai
usaha penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan masalah sosial melalui
tulisan-tulisan di media cetak. Pendekatan ini berusaha menyadarkan akan bahaya
dari masalah sosial yang sedang dan akan terjadi.
Mereka yang bisa berperan dalam pendekatan
ini selain para jurnalist, juga
orang-orang yang punya kompetensi dalam bidangnya dan punya kemampuan menulis
(penjelasan secara medis dari dokter tentang HIV/AIDS, penjelasan dari ahli
ilmu sosial tentang kemiskinan). Pendekatan ini dianggap cukup besar artinya
dan mempunyai jangkauan yang luas, baik dari segi penyebaran geografis maupun
kelompok sasaran.Sayangnya pendekatan ini hanya efektif bagi masyarakat yang
mempunyai budaya baca.
4) Pendekatan Seni
Pendekatan seni adalah suatu upaya yang
dilakukan para seniman (seni drama, musik, tari, lukis, sastra, dsb) untuk
membangun simpati kemanusiaan sehubungan dengan situasi sosial yang bermasalah.Seniman
seringkali memberikan kritik sosialnya
terhadap pemerintahan yang telah menyimpang dari tujuannya (banyaknya terjadi
koruspsi, kolusi, nepôtisme dan kebobrokan-kebobrokan lain) melalui karya seninya.
Dalam
pendekatan ini harus memperhitungkan kelompok yang menjadi sasaran, misal
apabila yang jadi sasaran adalah anak muda, maka musik yang digunakan juga
musik yang sesuai dengan selera anak muda. Begitu juga dengan kesenian lainnya,
misalnya wayang cocok untuk digunakan pada masyarakat desa di Jawa, dst.
b. Pendekatan Lain
1) Pendekatan Ekologi
Yaitu suatu metode pendekatan yang yang
didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi, dalam arti menelaah masalah sosial
sebagai hasil interrelasi antara masyarakat manusia dengan Iingkungannya pada
suatu ekosistem.Melalui pendekatan ekologi, pertumbuhan masyarakat manusia di
tempat-tempat tertentu, baik di perkotaan maupun di pedesaan dengan segala
aspeknya dipelajari dan dikaji pengaruhnya tehadap lingkungan setempat. Manusia
merupakan bagian dari alam, bukan penguasa alam oleh karena itu perbuatan
manusia yang serampangan tidak terencana yang menimbulkan ketimpangan
lingkungan akhirnya merugikan dan mengancam kehidupan ,manusia itu sendiri.
Aspek-aspek yang harus diungkapkan dari
komponen manusia pada pendekatan ekologi yaitu, aspek demografis, sosial
ekonomi, sosial budaya, sosial politik, sosial geografis, sosial historis dan
lainnyá yang berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan lingkungan
alam.Yang mendorong terjadinya masalah sosial pada ekosistem adalah bahwa
manusia berkecenderungan menyederhanakan keadaan unsur-unsur ekosistem
tersebut, sehingga menjadi labil dan mudah goncang.
Paul
R. Erlich et.al mengemukakan bahwa manusia telah menjadi musuh bagi kompleks
sistem ekologis yang menyebabkan tidak stabilnya suatu ekosistem.
2) Pendekatan Pertumbuhan Eksponensial
Pendekatan pertumbuhan eksponensial yaitu pendekatan yang menyebutkan bahwa
pertumbuhan kuantitas dan kualitas suatu benda, unsur atau gejala dari suatu
tingkat ke tingkat berikutnya terjadi dengan kelipatan dua.Pendekatan ini
berlandaskan metodologi dinamika sistem yang merupakan suatu metodolôgi untuk
menganalisa kelakuan dan relasi komponen-komponen yang kompleks pada suatu
sistem. Kerangka kèrja dinamika sistem ini berdasarkan suatu model untuk
menyusun pemikiran interrelasi komponen-komponen pokok tertentu, serta untuk
mengetahui bagaimana komponen-komponen tadi saling mempengaruhi satu sama lain
dalam suatu sistem.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk
mengadakan analisa sistem yang kompleks dan berubah serta tumbuh secara dinamik
terus menerus yang menyebabkan masalah sosial. Pada pendekatan pertumbuhan
eksponensial harus ditentukan dulu masalah yang akan dianalisa. Selanjutnya
diteliti unsur-unsur atau faktor-faktor atau komponen-komponen apa yang jadi
dasar penyebab masalah sosial tadi, kemudian dianalisa kaitan pertumbuhan satu
faktor dengan yang lainnya dan dianalisa pengaruh pertumbuhan faktor yang satu
dengan yang lainnya. Berdasarkan analisa pertumbuhan eksponensiàl, kita dapat
mengetahui komponen mana yang terlalu cepat atau lambat pertumbuhannya dalam
kerangka proses dinamikanya. Inilah yang menimbulkan ketidakseimbangan yang
kemudian menimbulkan masalah sosial.
3) Pendekatan Sistem
Pendekatan
sistem yaitu suatu pendekatan
yang yang menetapkan bahwa masalah sosial
sebagai suatu sistem. Pendekatan sistem dijiwai oleh faham
ekspansionisme dan cara berfikir sintetik.Ekspansionisme yaitu suatu doktrin
yang mempertahankan bahwa semua benda, peristiwa, dengan segala pengalamannya
merupakan bagian dari suatu kebulatan yang besar. Ekspansionisme merupakan cara
lain meninjau suatu benda atau peristiwa disamping faham reduksionisme yaitu
süatu doktrin yang mempertahankan bahwa semua benda dan peristiwa dengan segala
perbendaharaan dan pengalamannya terbentuk dari unsur-unsur yang merupakan
bagian-bagian yang tidak nampak.
Berfikir sintetik yang tidak dapat dipisahkan
dari faham ekspansionisme yaitu cara berfikir yang didasarkan pada proses
mental yang menjelaskan sesuatu dengan meninjaunya sebagai bagian dari sistem
yang luas serta menjelaskannya berdasarkan peranannya dalam sistem. Penerapan
cara berfikir sintetik yang diterapkan pada sistem masalah disebut pendekatan
sistem.Sistem yaitu suatu rangkaian gejala yang dihubungkan satu sama lain oleh
suatu proses umum. Dalam kehidupan sosial manusia, tiap aspek kehidupan
merupakan gejala yang berhubungan sàtu sama lain membentuk satu sistem.
Segala aspek kehidupan sosial mànusia dengan
prosesnya yang terus berlangsung, merupakan suatu sistem kehidupan.Kedudukan
suatu sistem lebih tinggi daripada kedudukan bagian-bagian yang
membentuknya.Kehidupan sosial manusia atau masyarakat merupakan suatu sistem
sebagai hasil interrelasi dan interaksi manusia dengan segala aspek
kehidupannya. Pada konsep sistem ini, aspek kehidupan manusia di masyarakat,
kita tetapkan sebagai komponen atau subsistem
yang
membentruk sistem tadi. Aspek kehidupan biologis, budaya, ekonomi, politik,
psikololgis, dst, mérupakan subsistem yang berinterrelasi satu sama lain yang
membentuk sistem kehidupan manusia yang kompleks.
Pada pengkajian masalah sosial dengan
menggunakan pendekatan sistem, subsistem lingkungan tidak dapat
diabaikan.Subsistem lingkungan besar peranan dan perkaitannya dengan warna
masalah sosial tadi. Dalam hal ini proses berfikir sistem tidak memisahkan tiap
langkah dan tiáp aparat sebagai satu kebulatan pada pendekatan sistem.
Pendekatan sistem secara lugas, merupakan proses keseluruhan mulai dari
penentuan subsistem, perencânaan alat pengumpul data, pengumpulan data, analisa
data sampai kepada penarikan kesimpulan.
4) Pendekatan Interdisipliner, Pendekatan
Multidispliner
Karena subsistem masalah sosial banyak
jumlàhnya, kita harus menggunakan disiplin ilmu sosial yang juga lebih dari
satu.Pada pendekatan ini kita gunakan disiplin ilmu sosial yang sesuai dengan
jumlah subsistem masalah yang kita analisa dan kita kaji, disebut pendekatan
interdisipliner.Pada pendekatan ini, masalah sosial didekati, dianalisa dan
dikaji dari berbagai disiplin ilmu sosial secara serentak dalam waktu yang
sama. Masalah sosial yang kompléks diungkapkan dari berbagai disiplin akademis
seperti Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Politik, Geografi, Psikologi, Sejarah
dst, bahkan mungkin dari disiplin akademis diluar ilmu sosial.
Pendekatan sistem dengan pendekatan
interdisipiner masalah sosial, tidak dapat dipisahkan satu samä lain.
Pendekatan sistem yang menggunakan disiplin akademis yang jamak, disebut
pendekatan interdisipliner.Sebaliknya pendekatan interdisipliner yang menetapkan
suatu masalah yang sedang didekati dan sedang.
dianalisa
sebagai suatu sistem disebut pendekatan sistem.Mengingat pendekatan sistem yang
sekaligus juga pendekatan interdisipliner yang menggunakan disiplin akademis
yang jamak.Pendekatan ini dapat pula disebut sebagai pendekatan
multidisipliner.
Jadi, pendekatannya pada hakekatnya sama.
Ditinjau dari hakekatnya, pendekatan tadi tidak asing bagi manusia, karena
berdasarkan cara berfikir manusia yang multidimensional dalam mengevaluasi
suatu gejala atau masalah.Dalam mëngkaji masalah sosial yang kompleks melalui
pendekatan interdisipliner atau pendekatan sistem, perlu memiliki kemampuan
interdisipliner dan sistem.
2.1.3
Tujuan dari Intervensi
Tujuan utama dari intervensi sosial adalah
memperbaiki fungsi sosial orang (individu, kelompok, masyarakat) yang merupakan
sasaran perubahan. Ketika fungsi sosial seseorang berfungsi dengan baik,
diasumsikan bahwa kondisi sejahtera akan semakin mudah dicapai. Kondisi
sejahtera dapat terwujud manakala jarak antara harapan dan kenyataan tidak
terlalu lebar. Melalui intervensi sosial, hambatan-hambatan sosial yang dihadapi kelompok sasaran perubahan akan diatasi. Dengan kata lain,
intervensi sosial berupaya memperkecil jarak antara harapan lingkungan dengan
kondisi riil klien.
2.1.4
Fungsi Intervensi
Fungsi dilakukannya
intervensi dalam pekerjaan sosial, diantaranya :
a. Mencari penyelesaian dari kelayan masalah
secara langsung yang tentunya dengan metode-metode pekerjaan sosial.
b. Menghubungkan kelayan dengan sistem sumber.
c. Membantu kelayan menghadapi masalahanya.
d. Menggali potensi dari dalam diri kelayan
sehingga bisa membantunya untuk menyelesaikan masalahnya.
2.1.5
Prinsip Intervensi
Beberapa prinsip dari pekerjaan sosial
dalam melaksanakan praktek pertolongan, diantaranya :
a.
Memberikan pelayanan yang menjunjung tinggi harkat dan
martabat lansia.
b.
Melaksanakan hak asasi lansia.
c. Memberikan kesempatan kepada lansia untuk mendapatkan
hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.
d.
Memberikan pelayanan yang didasarkan pada kebutuhan
sesungguhnya.
e.
Menguapayakan kehidupan lansia lebih bermakna bagi
diri, keluarga dan masyarakat.
f.
Menciptakan suasana kehidupan dalam panti yang bersifat kekeluargaan.
g.
Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lansia yang
disesuaikan dengan perkembangan pelayanan lansia secara terus menerus dan meningkatkan
kemitraan dengan berbagai pihak.
h.
Menerapkan pendekatan antar disiplin dan profesi.
i.
Memasyarakatkan informasi tentang aksesibilitas bagi
lansia.
2.1.6 Pelayanan dalam Intervensi
Beberapa pelayanan yang diberikan
adalah:
a.
Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial diberikan kepada klien dalam rangka
menciptakan hubungan sosial dan penyesuaian sosial secara serasi dan harmonis
di antara lansia, lansia dengan keluarganya, lansia dengan petugas serta dengan
masyarakat sekitar.
b.
Pelayanan Fisik
Pelayanan fisik diberikan kepada klien dalam kerangka memperkuat daya tahan
fisik.Pelayanan ini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan fisioterapi,
penyediaan menu makanan tambahan, klinik lansia, kebugaran, sarana dan
prasarana hidup sehari-hari dan sebagainya.dihadapi.
c.
Pelayanan Psikososial
Pelayanan ini diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan
situasi sosial psikologis yang memungkinkan tumbuhnya perasaan aman, nyaman,
senang dan mampu beradaptasidengan lingkungan sosialnya.
d.
Pelayanan Keterampilan
Pelayanan ini diberikan tidak saja untuk pengisian waktu
lauang, melainkan untuk meningkatkan produktivitas agar ia dapat menambah
penghasilannya.
e.
Pelayanan Spiritual/Keagamaan
Pelayanan ini diberikan dalam rangka memperkuat mental
spiritual dan kerohanian terutama dalam melaksanakan peribadatan seharihari.
Pelayanan yang diberikan antara lain penyediaan sarana dan prasarana ibadah,
bimbingan rohani, dan lain-lain. Pelayanan spiritual ini sangat penting untuk
dilakukan mengingat bahwa pada masa tua seringkali klien dihantui berbagai
perasaan tidak berharga dan ketakutan-ketakutan sehubungan dengan penurunan
fungsi-fungsi fisik dan sosial. Dengan adanya pelayanan spiritual diharapkan
klien menyadari akan situasi yang dihadapinya sehingga muncul ketenangan dan
kedamaian dalam perasaannya. Muncul kembali kepercayaan dirinya, dapat
menjalankan ibadat dengan tenang dan tetap dapat beraktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
f.
Pelayanan Pendampingan
Pelayanan ini diberikan dengan cara mendampingi lansia dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
g.
Pelayanan Bantuan Hukum
Pelayanan ini diberikan kepada lansia yang mengalami tindak
kekerasan, baik dalam pelayanan maupun dalam keluarganya.
2.2
KAJIAN KASUS
2.2.1
Teori Pendukung Intervensi
a. Reflexive-Therapeutic
Aliran ini menganggap bahwa pekerjaan sosial
merupakan profesi yang berupaya mencapai kesejahteraan individu, kelompok,
serta komunitas dalam masyarakat, dengan cara meningkatkan serta memfasilitasi
pertumbuhan maupun pemenuhan kebutuhan diri.
Pandangan ini menganggap bahwa proses interaksi
yang berlangsung terus menerus antara klien dengan pekerja sosial akan mengubah
pikiran-pikiran klien dan dengan demikian akan mempermudah pekerja sosial untuk
mengubah perilaku klien.Dalam mekanisme yang sama, klien akan mempengaruhi
pemahaman pekerja sosial mengenai kehidupannya dimana dia memperoleh
pengalaman.
Proses saling memberi pengaruh (mutual
influence) inilah yang kemudian menyebabkan pekerjaan sosial dikatakan
sebagai refleksif (reflexive).Dalam cara seperti ini (Saling memberi
pengaruh melalui proses interaksi yang terus menerus), seseorang akan
memperoleh kekuatan personal, yang dengan demikian akan memiliki kekuatan pula
dalam mengatasi penderitaannya maupun persoalan-persoalan yang merugikan dalam
kehidupannya.
Beberapa teori yang
merupakan bagian dari pandangan reflexive-therapeutic ini, yaitu :
1)
Perspektif Psikodinamika : Manusia terdiri dari id, ego dan superego.
2) Teori Feminist : Merupakan teori tentang pembagian
tugas sesuai dengan jenis kelamin. Teori ini tentunya tidak terlepas dari
kesetaraan gender.
b. Socialist-Collectivist
Aliran atau pandangan ini menganggap bahwa
pekerjaan sosial merupakan profesi yang berupaya untuk mengembangkan kerjasama
serta mengembangkan sistem pemberian dukungan timbal balik dalam masyarakat,
sehingga dengan demikian, sebagian besar orang yang tertindas atau orang yang
kurang beruntung akan memperoleh kekuatan atas kehidupannya sendiri.Pekerja
sosial dalam aliran ini berupaya membantu orang atau anggota masyarakat dengan
cara memberdayakannya seoptimal mungkin sehingga mereka mampu untuk ambil
bagian secara aktif dalam proses-proses belajar maupun proses kerjasama
tersebut secara konstruktif.
Pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial
diupayakan dengan cara mengembangkan lembaga-lembaga tertentu dimana semua
orang dapat ikut memiliki maupun terlibat di dalamnya serta memanfaatkannya.
Aliran teori inilah yang menjadi dasar praktek makro dalam pekerjaan
sosial. Kelompok-kelompok elit (istilah
untuk menggambarkan segelintir orang yang memiliki kendali atas sumber daya –
istilah ini seringkali digunakan dalam aliran teoritik ini) pada dasarnya akan
menghimpun serta mengekalkan kendali maupun kekuasaan atas sumber daya yang ada
demi keuntungannya sendiri.Dengan demikian, mereka akan selalu menciptakan
penindasan maupun ketidak beruntungan bagi orang lain. Disinilah pekerjaan sosial berupaya untuk
menggantikannya dengan relasi-relasi yang bersifat lebih “egaliter”
dalam masyarakat.
Beberapa teori yang
merupakan bagian dari pandangan Socialist-Collectivist
ini yaitu :
1) Teori Pemberdayaan
: berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan
keterampilan bagi warga masyarakat guna meningkatkan
keterampilan mereka dalam pengambilan keputusan dan berpartisipasi dalam
kegiatan yang mempunyai dampak
pada kehidupan masyarakat ditnasa depan.
2) Teori Advokasi :merupakan suatu proses peningkatan kemampuan
orang untuk dapat mengatur hidup mereka
dengan mengarahkan mereka dan memberikan bantuan untuk mencapai hak-hak mereka dalam suatu kelembagaan dan untuk
meninggalkan institusi yang memberi tekanan kepada mereka
c. Individualist-Reformist
Aliran atau pandangan ini menganggap bahwa
pekerjaan sosial merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan sosial kepada
individu maupun masyarakat. Pekerjaan
sosial berupaya untuk memenuhi kebutuhan individual serta meningkatkan
pelayanan-pelayanan sosial tempatnya berada, sehingga dengan demikian, pekerjaan
sosial dan pelayanan sosial dapat bekerja dengan lebih efektif.
Teori ini berupaya untuk mengubah masyarakat agar
bersifat lebih adil atau menciptakan pelayanan pemenuhan kebutuhan sosial
personal melalui pertumbuhan individu maupun masyarakat dianggap sebagai
gagasan utama dalam pandangan ini.Namun demikian, gagasan seperti ini sangat
tidak rasional untuk pelaksanaan praktek pelayanan sehari-hari yang diberikan
secara terus menerus, karena pelayanannya hanya memiliki skala kecil dan sangat
terbatas, yang tidak mengarah pada perubahan sosial penting.
Beberapa teori yang
merupakan bagian dari pandanganIndividualist-Reformist,
yaitu :
1) Teori intervensi
krisis berpusat pada tugas : jika individu, kelompok atau masyarakat tidak bisa
melaksanakan tugasnya akan mengalami krisis. Teori ini tidak terlepas dari
teori perkembangan manusia.
2) Teori sistem dan
ekologi : individu merupakan bagian dari sistem sosial.
3) Teori Psikologi
Sosial : Kehidupan
manusia merupakan kombinasi dari dalam diri sendiri dan lingkungan. Hal ini
berpengaruh terhadap peran dari manusia.
2.2.2
Contoh Kasus
Contoh kasus yang kami
angkat dari tahapan intervensi dalam pekerjaan sosial ini, yaitu lansia
terlantar dan gelandangan.
a. Lansia Terlantar
Lanjut Usia Telantar,adalah seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.
Contoh : Seorang lansia
yang berinisial A kami dapati berada di jalanan. Maka kami pun mendatanginya.
Kemudian kami bertanya kepada beliau dimana keluarganya. Rupanya bliau tidak
punya keluarga. Kami pun memberikan bantuan kepada beliau dengan meruju dia ke
PSTW Bandung. Kemudian, kami terus memantau perkembangan beliau tersebut dan
bahkan memberikan beliau ketrampilan menjahit, sehingga beliau tidak merasa
sendiri dan memiliki ketrampilan dalam mencari uang.
b. Gelandangan
Gelandangan adalah orang-orang yang
hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang
tetap serta mengembara di tempat umum.
Tujuan intervensi dari gelandangan adalah
memulihkan dan mengembangkan tingkah laku positif Klien sehingga mau dan mampu
melakukan fungsi dan peran sosialnya secara wajar, dapat menjalin relasi dengan
anggota keluarga serta anggota masyarakat, melalui kegiatan. Seperti intervensi dari lansia terlantar,
sebelum proses intervensi dari gelandangan juga
harus dilakukan perncanaan intervensi.
Contoh : seorang yang berinisial K sedang
duduk disamping jalan, sedang meminta-minta kepada orang orang yang lewat.
Kamipun menghampirinya, tetapi dia sedikit meghindar. Kami pun mengajaknya
berkompromi, dan menunjukan simpati kepadany, sehingga dia mau memberikan
informasi kepada kami kenapa dia hidup menggelandang. Rupanya dia mengealandang
untuk menafkahi keluarganya. Di hari berikutnya, kami pun mendatangi rumahnya.
Lingkungannya juga seperti memang kurang baik dan hidup di anaka kemiskinan.
Kami pun memberikan motivasi kepada keluarga K ini dengan menggunakan
pendekatan hukum dan pendekatan system. Kami juga memberikan pelatihan
kepadanya bagaimana mennyablon dengan menghubungkanya dengan system sumber.
Sehingga sampai sekarang, beliau bekerja di tempat kerja sablon tersebut dan
dia bias mencukupi kebutuhan keluarganya.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Intervensi Pekerjaan Sosial adalah aktivitas profesional
Pekerjaan Sosial yang dikenakan/ditujukan kepada orang, baik secara individu,
kelompok, maupun masyarakat, baik yang bersifat residual ataupun institusional,
baik langsung maupun tidak langsung, baik preventif, kuratif-rehabilitatif,
developmental-edukatif, maupun preventif, yang dilandasi oleh seperangkat ilmu
pengetahuan dan ketrampilan, dan kode etik profesi.
Dalam melakukan intervensi pekerjaan
sosial, dapat menggunakan berbagai pendekatan baik pendekatan yang sosiologis
maupun pendekatan lainnya. Pendekatan ini bertujuan supaya proses pertolongan
dapat berjalan sukses sesuai dengan harapan dari kelayan dan pekerja sosial.
Selain itu, dalam melakukan intervensi sosial perlu memperhatikan
prinsip-prinsip dari pekerjaan sosial supaya fungsi dan tujuan dalam melakukan
intervensi dapat tercapai.
3.2
SARAN
Intervensi merupakan hal yang begitu penting dalam
praktek pertolongan pekerjaan sosial. Hal ini disebabkan karena proses
intervensi berarti proses turun lapangan langsung dalam memberikan pelayanan-pelayanan
sosial bagi kelayan. Tidak jarang proses pertolongan tidak maksimal bahkan
gagal karena kurang terampilnya pekerja
sosial ketika melakukan intervensi.
Melakukan
intervensi berarti, bekerja sama langsung dengan kelayan dalam mencari solusi dari
masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, proses kerjasama pekerja sosial
dengan kelayan sangatlah penting. Selain itu, kerjasama darilingkungan juga
sangat dibutuhkan baik itu dari keluarga, masyarakat setempat, pemerintahan,
dan sistem sumber yang sangat dibutuhkan dalam melakukan intervensi sosial
dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA
Heru Sukoco, Dwi. 2011. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.
Bandung: STKS Press.
Payne,
Marcolm.1991. Modern Social Work Theory:
a Critical Introduction.
Manchester: Macmillan.
Heru
Sukoco,Dwi.1992.Profesi Pekerjaan sosisal.Bandung:Koperasi
mahasiswa
STKS
Bandung.
Iskandar, Jusman. 1994. Beberapa Keahlian Penting dalamPekerjaan Sosial.
Iskandar, Jusman. 1994. Beberapa Keahlian Penting dalamPekerjaan Sosial.
Bandung
: STKS.
terima kasih banyak..., sangat menarik dan membantu saya dalam mengerjakan proposal saya...,
BalasHapusSama-sama mbak... sukses buat proposalnya
Hapuswell done young man. good reading materials...
BalasHapusthank you sista @nenden Rahayu...
HapusSee you in Bandung
Bang buku2 sumber referensinya dapet dari mana yah?
BalasHapusMalcolm Payne, Sukoco, dsb. rada lupa dek karena tugas lama D4..
HapusBang buku2 sumber referensinya dapet dari mana yah?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMalcolm payne, dsb dek. ini tugas lama di D4 dek jadi rada lupa..
HapusMalcolm payne, dsb dek. ini tugas lama di D4 dek jadi rada lupa..
HapusHebat bang justin. Banyak2 bang bikin ginian biar ngebantu adik2nya bikin tugas makalah
BalasHapusTerimakasih dek @lucyana Cinthya
HapusHebat bang justin. Banyak2 bang bikin ginian biar ngebantu adik2nya bikin tugas makalah
BalasHapusTerimakasih dek @lucyana Cinthya
HapusTerimakasih mas bacaannya sangat membantu sekali. Mau tanya apakah yang dimaksud dengan model intervensi sosial itu sama dengan pendekatan yang ada dalam bacaan di atas ?
BalasHapusapakah ada referensi mengenai pengertian "kelayan" dalam buku ataupun UUD sosial bg ?
BalasHapusBisa jd referensi bwt tes SKB cpns 2020..penggerak swadaya masyarakat..makasi gan..
BalasHapus