Kamis, 16 Februari 2017

PEKERJAAN SOSIAL DENGAN INDIVIDU - CASEWORK







Martabat dan harga diri seseorang, serta pentingnya individu dan keluarga secara perorangan merupakan suatu asumsi filosofis yang tergantung dalam praktek pekerjaan sosial yang memiliki asumsi nilai yang sangat kompleks, dan dikhususkan pada tujuan keberfungsian sosial individu serta realisasi kelompok merupakan tujuan utama dari metode pekerjaan sosial yang disebut Social Case Work.

Istilah Social Case Work pertama kali ditemukan dalam suatu konferensi amal dan corrections pada tahun 1909 oleh Mary K. Sinkovitch pada waktu itu istilah ini kurang diminati dan dinggap sebagai suatu pekerjaan atau upaya yang kurang memiliki harapan. Secara ilmiah Social Case Work pertama kali dikemukakan oleh Mary Richmond pada tahun 1922 dan hingga saat ini metode ini masih terus dikembangkan untuk memperoleh validasi praktek yang lebih mapan.

Pada tahun 1980, Social Case Work diakui sebagai salah satu metode pekerjaan sosial yang dikembangkan oleh ribuan pekerja sosial dalam berbagai bidang pelayanan sosial yang luas serta berbagai institusi pelayanan sosial. Bagaimana juga dengan berbagai macam keterbatasan dan kelemahan-kelemahannya, metode pekerjaan sosial dengan individu merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam praktek pekerjaan sosial.

1.     Definisi Social Case Work
Marry Richmon yang merupakan pelopor penggunaan metode casework secara ilmiah mengatakan bahwa Social Case Work merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian seseorang melalui penyesuaian diri yang dilakukan secara sadar, melalui relasi individu, antara orang dengan lingkungan sosialnya.
Jeanette Regensburg (1938) menyatakan bahwa Social Case Work merupakan suatu metode untuk mengukur realitas kemampuan kelayan dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya dan pekerja sosial berupaya untuk membantu menjelaskan masalah yang dihadapi, dan membantunya untuk berpikir dalam cara yang berbeda untuk memecahkannya.
Swithun Bowers (1949) mendefinisikan bahwa Social Case Work merupakan suatu seni dimana pengetahuan-pengetahuan ilmiah tentang relasi antar manusia serta keterampilan dalam hubungan tersebut digunakan untuk memobilisi kemampuan individu serta sumber-sumber yang ada dalam masyarakat dalam rangka mencapai suatu kesesuaian yang terbaik antara kelayan dengan seluruh atau sebagian dari lingkungan totalnya.
Gordon Hamilton (1951) mengatakan bahwa ciri utama dari Social Case Work adalah tujuannya adalah untuk mengelola pelayanan-pelayanan praktis serta memberikan konseling sedemikian rupa untuk memunculkan serta menjaga kekuatan psikologi kelayan.
Hellen Harris Periman (1967) mengatakan bahwa casework merupakan suatu proses yang digunakan oleh lembaga-lembaga pelayanan kemanusiaan untuk membantu individu dalam menghadapi berbagai masalah keberfungsian sosial secara lebih efektif.
Florence Hollis (1972) mengatakan bahwa titik sentral dalam casework adalah pemahaman tentang “person dalam situasinya” merupakan tuga utama, yaitu person, situasi, dan interaksi diantaranya.
Smalley (1972) mengatakan bahwa Social Case Work merupakan metode untuk mengikutsertakan kelayan dalam proses pertolongan melalui suatu proses relasi, terutama relasi tatap muka, dalam menggunakan pelayanan sosial dalam rangka mencapai kesejahteraannya sendiri.
Rex A. Skidmore (1982) mengatakan bahwa Social Case Work merupakan suatu proses untuk membantu individu-individu dalam mencapai suatu penyesuaian satu sama lain serta penyesuaian antara individu dengan lingkungan sosialnya. Social Case Work merupakan suatu metode yang terorganisir dengan baik untuk membantu orang agar dia mampu menolong dirinya sendiri serta ditujukan untuk meningkatkan, memperbaiki, dan memperkuat keberfungsian sosialnya.

Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Social Case Work merupakan suatu metode untuk membantu individu yang dilandasi oleh pengetahuan ilmiah, pemahaman, dan penggunaan teknik-teknik secara terampil yang ditujukan untuk memecahkan masalah atau mengembangkan potensi individu dan kelompok semaksimal mungkin. Metode ini dilakukan dengan didasari oleh suatu proses relasi yang bersifat individual, tatap muka. Metode ini merupakan suatu metode ilmiah yang menggunakan landasan pemahaman perilaku manusi ayang berasal dari ilmua pengetahuan ilmiah. Selain itu metode ini juga merupakan suatu seni. Metode ini berupaya untuk mengkombinasikan elemen-elemen psikologi maupun sosial dari kelayan.

2.     Komponen Social Case Work
Dari beberapa definisi Social Case work tersebut di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam proses casework pada dasarnya terkandung empat komponen dasar, yaitu Person, Problem, Place, dan Process.

Person
Adalah seseorang yang menghadapi masalah yang datang ke suatu tempat dimana terdapat tenaga ahli yang sesuai dengan karakteristik masalah yang dihadapinya. Person ini menghadapi masalah dalam beberapa aspek kehidupan sosial emosionalnya. Person yang datang ini, kemudian setelah dilakukan studi pendahuluan yang diakhiri dengan kontrak kemudian memperoleh induksi peranan sebagai kelayan. Kelayan dari pekerja sosial ini dipandang sebagai seorang individu yang memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dari orang lain, oleh karena itu pekerja sosial perlu mengindividualisasikan kerakteristik, potensi-potensi yang dimilikinya dan kemudian juga pelayanan-pelayanan yang akan diberikannya. Esensi dari bantuan yang diberikan oleh pekerja sosial dalam Casework adalah mengupayakan adaptasi semaksimal mungkin dengan lingkungan sosialnya, serta memulihkan dan memperkuat kemampuan untuk menjalankan fungsi sosialnya sebagai makhluk sosial. Dalam rangka mempengaruhi tingkah laku kelayannya pekerja sosial  perlu memiliki pemahaman mengenai kekuatan-kekuatan dan arti dari tingkah laku tersebut. Beberapa hal di bawah ini sangat penting bagi seorang pekerja sosial:
a.     Tingkah laku manusian memiliki tujuan,
b.     Tingkah laku manusia tergantung dari fungsionalitas struktur kepribadian,
c.      Struktur dan keberfungsiang kepribadian merupakan produk dari peralatan konstitusional dan pembawaan yang berinteraksi terus menerus dengan lingkungan fisik, sosial, dan psikologisnya,
d.     Seluruh fase kehidupan manusia dalam proses tersebut dibentuk pula oleh harapan lingkungan atas peran dan status yang disandangnya.

Problem
Pada dasarnya Social Case Work mengarahkan prakteknya dalam rangka mengembalikan, membangun, atau meningkatkan kekuatan individu. Pengertian dioperasionalisasikan pada upaya untuk menguatkan atau membantu individu untuk memobilisasi kekuatan-kekuatan, sumber-sumber yang dibutuhkan, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan alternative dalam berperilaku sesuai dengan situasi.

Social Case Work mengarahkan upayanya untuk mencari pemecahan terhadap masalah-masalah yang menghambat atau merintangi kemampuan individu dalam berbagai peranan. Kesulitan dalam mengklasifikasikan masalah akan segera muncul jika dipandang hubungannya dengan kebutuhan spesifik dari tiap individu.

Masalah-masalah yang berkaitan dengan penghasilan, dan perubahan sosial pada dasarnya dapat diklasifikasikan sebagai suatu masalah yang berada di luar control individu. Masalah-masalah yang berkaitan dengan relasi interpersonalsudah dapat diidentifikasidan diakui secara jelas. Konflik-konflik intrapsikis, gangguan-gangguan keyakinan, dan kekacauan pribadi tetaplah menjadi suatu klasifikasi yang luas tentang masalah yang menjadi perhatian dari Social Case Work.

Ada masalah-masalah yang bersifat environmental, ada masalah yang bersifat interpersonal, dan ada juga maslah yang bersifat person dan intrapsikis, akan tetapi sebagaian besar mengandung elemen-elemen sosial dan psikologis.
Dorothy Fahs Beck mengadakan suatu penelitian tentang masalah, dan mengklasifikasikannyake dalam 3 komponen yang dapat membimbing dalam memahami masalah:
a.     Klasifikasi masalah-masalah kepribadian
b.     Klasifikasi masalah-masalah lingkungan
c.      Klasifikasi masalah-masalah yang berupa krisis.
Sedangkan Werner Boehm menjelaskan bahwa: istilah masalah sering kali tidak jelas dan disamakan dengan “stress”. Perbedaan dari keduanya akan membantu kita dalam mengidentifikasi masalah Stress merupakan tekanan yang mengakibatkan ketidakberfungsian. Dengan demikian ketidak berfungsian inilah yang dikatakan sebagai masalah.
Sophia A. Robinson, menjelaskan 5 (lima) asumsi dasar dari Social Case Work yang dapat diaplikasikan dalam membantu memecahkan masalah klien.
a.     Setiap individu harus dipandang sebagai seorang person yang memiliki harga diri dan martabat.
b.     Setiap perilaku, baik yang diterima maupun tidak diterima oleh masyarakat, merupakan ekspresi dari kebutuhan setiap individu.
c.      Setiap individu mampu dan bersedia berubah jika bantuan diberikan dalam jumlah yang cukup dan dalam waktu yang tepat.
d.     Jika bantuan yang diberikan sebelum masalah berkembang semakin serius, maka tanggapan kelayan akan semakin baik.
e.      Keluarga merupakan kekuatan pemberi pengaruh yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian, terutama dalam fase usia dini yang penting.
Place
Tempat dimana kelayan datang untuk meminta bantuan disebut badan sosial. Pada dasarnya praktek pekerjaan sosial dengan individu atau Social Case Work dilaksanakan dalam lingkup suatu badan sosial, sehingga pekerja sosialsangat dipengaruhi oleh lembaga atau badan sosial dimana dia bekerja. Badan sosial tersebut dapat memberikan bantuan yang  berupa bantuan materiil, perubahan situasional, konseling individu, bantuan psikologis, maupun bantuan-bantuan perubahan elemen sosial psikologis case-by-case.
Ada tiga factor yang dapat membedakan setiap badan atau lembaga sosial tempat dimana pekerja sosial melaksanakan praktek pertolongannya:
a.     Dilihat dari sumber yang memberikan dukungan.
b.     Dilihat dari sumber otoritas professional.
c.      Dilihat dari fungsi khusus serta bidang usahanya.
Meskipun setiap lembaga sosial memiliki ciri tersendiri yang berbeda satu dengan lainnya, akan tetapi pada dasarnya memiliki beberapa ciri utama sebagai berikut:
a.     Lembaga tersebut dibentuk atas dasar kebutuhan yang ada dalam masyarakat dalam rangka mencapai suatu tingkat keberfungsian sosial tertentu.
b.     Setiap lembaga sosial tersebut menyusun program kerjanya sesuai dengan tuntutan masyarakat tersebut.
c.      Lembaga sosial tersebut memiliki struktur tugas dan jenjang komando yang jelas.
d.     Lembaga sosial tersebut merupakan suatu organisme yang hidup dan mampu mengadakan adaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan.
e.      Pekerja sosial yang bekerja dalam lembaga tersebut, walaupun dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan lembaga, akan tetapi dia memberikan pelayanan pertolongan kepada kelayan secara terindividualisasi.
Process
Terdapat berbagai macam sistematika dalam menjelaskan tentang proses pertolongan dalam praktek pekerjaan sosial. Pada dasarnya proses ini terbagi menjadi 6 (enam):
a.     Engagement, intake dan contract; suatu tahap awal dalam praktek pertolongan; yaitu kontrak awal antara pekerja sosial dengan kelayan yang berakhir pada kesepakatan untuk terlibat dalam keseluruhan proses.
b.     Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment); merupakan suatu tahap untuk mempelajari masalah-masalah yang dihadapi kelayan. Tahap ini berisi: pernyataan masalah, assessment kepribadian, analisis situasional, perumusan secara integrative dan evaluasi.
c.      Perencanaan (planning); merupakan suatu pemilihan strategi, teknik dan metode yang didasarkan pada proses assessment masalah.
d.     Intervensi; merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan berencana dalam diri kelayan dan situasinya.
e.      Evaluasi; merupakan suatu penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam planning, serta melihat kembali kemajuan-kemajuan yang telah dicapai sehubungan dengan tujuan.
f.       Terminasi/Disengagement; tahap ini dilakukan bila tujuan-tujuan yang telah disepakati dalam kontrak telah dicapai dan mungkin sudah tidak dicapai kemajuan-kemajuan yang berarti dalam pemecahan masalah.

3.     Kerangka Praktek Social Case Work
Tujuan, nilai, sanksi, pengetahuan, dan metode yang digunakan merupakan inti dari praktek Social Case Work. Tujuan merupakan penuntun bagi pelaksanaan praktek. System nilai menentukan sikap dan pendekatan yang digunakan oleh pekerja sosial. Sanksi merupakan mandate yang diberikan oleh masyarakat serta merpakan sarana bagi pekerjaan sosial bagi untuk mengekspresikan dirinya dalam tatanan struktur, hukum, dan penyertaan-penyertaan kebijakan. Pengetahuan akan memberikan landasan terhadap fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip praktek. Teknik merupakan gabungan antara ilmu pengetahuan ilmiah dan seni mengaplikasikan teori kedalam praktek.

a.     Tujuan
Dari definisi tentang Social Case Work seperti yang telah dibahas di muka, maka Social Case Work memiliki sebagai berikut:
1)    Untuk membantu individu dan kelompok untuk mengidentifikasi dan memecahkan atau mengurangi masalah-masalah yang muncul akibat adanya kondisi ketidaksesuaian antara dirinya dengan lingkungan.
2) Untuk mengidentifikasi bidang-bidang potensial munculnya ketidaksesuaian antara individu, kelompok, dan lingkungan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian tersebut.
3)  Untuk mengidentifikasi, menemukan dan memperkuat potensi individu, kelompok dan masyarakat semaksimal mungkin.
b.     Asumsi nilai dalam Social Case Work
Pekerjaan sosial yang mempraktekkan Social Case Work memilki asumsi yang melekat tentang pentingnya harga diri dan martabat manusia serta memiliki keyakinan bahwa hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat merupakan titik sentral dalam kehidupan kehidupan manusia tersebut. Dengan demikian pengakuan terhadap martabat dan harga diri seseorang serta penekanan pada individu dan keluarga merupakan inti dari sosial (ISCW). Istilah Social Case Work berarti suatu proses untuk mengembangkan kepribadian seseorang melalui suatu penyesuaian diri secara sadar antara individu dengan individu lainnya. Antara individu dengan lingkungan sosialnya. Perkembangan selanjutnya menjelaskan bahwa Social Case Work tidak hanya memusatkan perhatian untuk membatu individu dalam kaitannya dengan masyarakat, melainkan juga membantu masyarakat dalam hubungannya dengan individu. Dengan demikian banyak nilai-nilai yang menjadi dasar bagi praktek-praktek Social Case Work.

Pengakuan terhadap keunikan dari setiap individu dan setiap situasi atau penilaian terhadap pemenuhan kebutuhan dan penyaluran kemampuan dari setiap individu, memiliki implikasi pada kepedulian terhadap orang lain dan penerimaan terhadap manusia secara menyeluruh. Nilai tersebut juga memiliki implikasi terhadap pentingnya pemahaman tentang kepribadian manusia secara total. Tanggapan terhadap kepribadian secara total merupakan suatu usaha keras dan sikap dari case worker. Sebagai sikap, berarti suatu keterbukaan semaksimal mungkin terhadap kepribadian, memberikan perhatian yang seimbang antara aspek baik dan buruk dari kepribadian kelayan. Sebagai usaha keras, berarti membangun suatu gambaran yang masuk akal tentang seseorang, bukan sekedar mencatat sejumlah intem yang spesifik dari kelayan.

Memperlakukan seseorang sebagai person, berarti memperlakukan seseorang dengan memperhatikan martabatnya serta dengan penuh pertimbangan. Tidak menilai seseorang atas dasar perilakunya terhadap kita. Seorang person juga merupakan makhluk rasional yang memiliki tujuan dan cara berperilaku yang masuk akal, walaupun pada kenyataannya seringkali juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Memperlakukan seseorang sebagai person, berarti menjunjung tinggi tujuan-tujuannya serta membantunya  mencapai atau memenuhi tujuan-tujuan tersebut. Dengan kata lain case worker tidak hanya membantu kelayan mencapai tujuan-tujuannya saja, tetapi juga usaha-usahanya dalam mencapai tujuan tersebut.

Nilai ini memiliki implikasi pada kepedulian case worker terhadap otonomi kelayan. Kelayan harus dipandang sebagai person yang mampu mengambil keputusan sendiri. Keadaan ini biasa disebut sebagai “Right of Self Determination”. Konsep “self determination” kelayan ini mengacu pada hak kelayan untuk menerima atau menolak bantuan yang diberikan, untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses kegiatan, serta haknya untuk tidak menyerahkan kehidupannya.

Dari uraian tersebut diatas, dapat dijelaskan secara ringkas menganai asumsi-asumsi nilai tentang manusia yang sangat mempengaruhi praktek pekerjaan sosial dengan menggunakan metode Social Case Work:
1)    Nilai tentang harga diri dan martabat individu. Nilai ini menjunjung tinggi pemahaman yang mengatakan bahwa individu memiliki kemampuan untuk memandu atau mengarahkan kegiatan atau perilakunya serta kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan maupun cara mencapai tujuan tersebut.
2)    Nilai tentang keunikan individu. Keyakinan tentang keunikan dan individualitas mengarahkan pendekatan-pendekatan casework kepada penerimaan serta cara pandang tentang perbedaan-perbedaan individu. Kekuatan dari hubungan antar peranan adalah berawal dari perbedaan-perbedaan ini. Misalnya perkawinan, diperkuat oleh kombinasi kekuatan antara suami istri, demikian pula dengan asosiasi-asosiasi lain.
3)    Nilai tentang kemandirian (self determination). Kemandirian ini mengacu kepada hak untuk menetukan pilihannya sendiri tentang bantuan pekerja sosial, proses yang dilalui serta tujuan-tujuan yang akan dicapai.

c.      Prinsip-prinsip dalam Social Case Work
Felix P. Biestek dalam bukukan “The Social Case Work Relationship” yang dikutip oleh Betty J. Picard, mengemukkan tentang prinsip-prinsip relasi case work antara pekerja sosial dengan kelayan, sebagai berikut:
1)    Individualisasi: setiap individu adalah unik. Setiapa individu memiliki harga diri dan martabat pada keberadaannya, pengalaman hidup, lingkungan hidup yang berbeda dari individu lain. Seseorang tidak pernah dipandang hanya merupakan bagian dari suatu kerumunan yang sama dengan bagian yang lain. Oleh karena itu pekerja sosial yang bekerja denga individu, harus memperhatikan kondisi ini. Jika pekerja sosial tidak mampu melakukannya, maka kelayan berhak untuk menolak bantuan yang diberikan oleh pekerja sosial. Pekerja sosial juga merupakan individu yang mengetahui dan memahami dirinya sendiri serta untuk memandang orang lain. Pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial yang digunakan dalam konteks kepribadian pekerja sosial itu sendiri. Jika pekerja sosial pemalu yang kurang dalam pengetahuan diri dan pemahaman dirinya. Sekurang-kurangnya dia harus mengakui tentang keinginannya untuk mengembangkannya.
1) Ekpresi emosional secara bertujuan: setiap individu memiliki kebutuhan untuk mengekspresikan perasaannya. Haknya untuk menampilkannya, merupakan dasar bagi pekerjaan sosial. Emosional dipandang sama pentingnya dengan pikiran atau pengetahuan. Emosi negative pun sangat penting bagi individu, sama pentingnya dengan emosi positif.
2) Keterlibatan emosional secara terkendali: setiap individu, menginginkan bahwa seseorang akan dapat berhubungan dengan perasaannya. Pekerja sosial harus mampu untuk ikut “merasakan” orang lain. Bukan hanya berbicara/berbincang-bincang. Pekerja sosial tidak diharapkan mempunyai perasaan yang sama dengan kelayan, tetapi dia harus mampu menunjukkan pemahaman yang sungguh-sungguh tentang perasaan orang lain.
3) Penerimaan: setiap individu mempunyai keinginan untuk diterima sebagaimana adanya bukan sebagai mana diharapkan. Pekerja sosial tidak melihat atau membeda-bedakan suku, agama, ataupun latar belakang kehidupan sosial, ekonomi ataupun budaya. Pekerja sosial harus memahami keadaan kelayan saat itu dan mulai bekerja atau memulai kegiatan bantuannya berdasarkan pemahaman atau keadaan saat itu. Hal ini tidak identik dengan pernyataan bahwa pekerja sosial menyetujui segala sesuatu yang dilakukan oleh kelayan.
4)    Sikap tidak menilai: larangan memberikan pendapat tentang kesalahan atau tak bersalah. Kelayan mempunyai hak untuk mengemukakan situasi yang dihadapi tanpa memperoleh tanggapan negative dari pekerja sosial. Hal ini memiliki implikasi bahwa pekerja sosial tidak boleh memberikan penilaian pribadi terhadap perilaku pelayan.
5) Menentukan diri sendiri: hal ini merupakan suatu yang agak sulit diberikan kepada kelayan. Pekerja sosial yang dimintai tolong oleh kelayan, tentunya diharapkan untuk memberikan pertolongan dan nasehat, tetapi hanya sebatas itu saja. Setiap kelayan mempunyai hak untuk menerima atau menolak usul pertolongan yang diberikan, untuk menerima dan menolak nasehat yang diberikan. Konsep yang tidak terpisahkan dari prinsip ini adalah adanya alternative. Prinsip ini memiliki implikasi terhadap pengambilan keputusan, atau membuat pilihan atas berbagai alternative perilaku. Tidaklah tepat untuk mengemukakan prinsip itu tanpa adanya alternative. Kegiatan pekerja sosial bersama kelayan, selalu mengembangkan untuk melaksanakan prinsip ini, sehingga kelayan bebas memilih atau menentukan cara pemecahan masalah yang paling sesuai.
6) Kerahasiaan: kelayan memerlukan kepastian bahwa pekerja sosial yang dihubunginya dapat dipercaya, pekerja sosial harus meyakinkan kelayan bahwa diskusi yang dilakukan dengan kelayan tentang masalahnya tidak akan disebarluaskan kepada orang lain. Masalah yang diuraikan kelayan tidak akan dijadikan bahan gunjingan, sehingga kelayan merasa aman dari ancaman-ancaman lingkungan sosial yang berupa rasa malu, takut, merosotnya harga diri, atau anggapan-anggapan negative tentang dirinya. Akan tetapi pekerja sosial tidak teralu kaku dalam memegang prinsip ini. Dia diperbolehkan untuk mendiskusikan masalah kelayan dengan supervisornya atau dengan sejawatnya dengan tujuan untuk memberikan pertolongan yang sebaik mungkin kepada kelayan. Pekerja sosial tidak dibenarkan membicarakannya secara luas kepada orang lain.
Ketujuh prinsip ini penting dan dapat digunakan pada banyak bentuk system kelayan serta besarnya system tersebut, untuk mewujudkan relasi profesional pekerjaan sosial secara memuaskan. Walaupun pada mulanya Felix D. Biestek yang mengajukan prinsip-prinsip tersebut ditujukan untuk mengadakan relasi secara individu dengan kelompok maupun masyarakat.
Penting untuk diketahui, bagaimana pentingnya ketujuh prinsip atau asa atau nilai tersebut, pekerja sosial harus mengakui pula akan adanya dilemma nilai, terutama dalam prinsip individualisasi. Walau pekerja sosial mengakui bahwa setiap manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya, tetapi pekerja sosial pun harus mengakui bahwa konsep generalis pun mempunyai tempat pula dalam pemikiran pekerjaan sosial. Setiap manusia tumbuh dan berkembang dalam pertahapan yang sama. Demikian pula nilai-nilai, norma-norma, budaya akan selalu berbeda pada tempat dan waktu yang berbeda. Kapankah ungkapan perasaan, kehilangaan kegunaannya? Ide bahwa setiap orang memiliki perasaan dan perasaan tersebut memainkan peranan yang besar dalam menghadapi masalah, , tetapi menggunakan perasaan yang terlalu besar akan mengganggu terciptanya relasi yang membantu antara pekerja sosial dengan kelayan.
Jadi ide tentang perlunya keterlibatan perasaan dalam memecahkan masalah harus diharapkan pada ide bahwa keterlibatan perasaan yang terlalu besar justru akan mengganggu terbentuknya relasi yang baik antara pekerja sosial dengan kelayan dalam menghadap/memecahkan masalah.
Mungkin prinsip yang paling sulit untuk diwujudkan adalah prinsip menentukan nasib sendiri. Mungkinkah pekerja sosial memberikan seseorang untuk memelihara anaknya sendiri, sedangkan cara orang tersebut memelihara anak sangat tidak memadai atau berbahaya? Dapatkah seorang pekerja sosial benar-benar membolehkan seseorang memutuskan tentang penentuan nasibnya sendiri? Apakah seseorang benar-benar mempunyai hak untuk memutuskan sendiri? Apakah dia lebih baik hidup dengan menerima bantuan sosial? Ataukah bekerja dengan gaji dibawah batas minimum?, ataukan pekerja sosial benar-benar memiliki posisi untuk melindungi orang atau masyarakat, bekerja untuknya, membuat keputusan untuk mereka? Ini merupakan beberapa pertannyaan penting yang sangat sulit dijawab.
Akhirnya, nilai tentang kerahasiaan pun dipertanyakan. Jika kesejahteraan tersebut dipandang sebagai hak. Jika kelayan dianjurkan untuk mencari pertolongan tersebut?
d.     Dasar pengetahuan
Teori-teori yang melandasi Social Case Work pada dasarnya berasal dari teori yang melandasi pekerjaan sosial, serta berbagai teori lain tentang manusia dan kemanusiaan. Dari berbagai disiplin ini kemudian dapat ditarik suatu pengkhususan terutama yang berupa: psikologi dinamika, psikologi ego, dan berbagai perkembangan teoritik dalam disiplin sosiologi, psikologi, psikiatri, serta atropologi budaya.


Psikologi dinamis terutama dalam hal perkembangan kepribadian, struktur kepribadiab serta fungsinya. Psikologi pavlov dan skinnermerupakan teori-teori dari aliran yang lebih baru yang diperkenalkan dalam praktek pekerjaan sosial dalam case work. Teori-teori perubahan perilaku bukan berkembang berdasarkan teori perkembangan kepribadian, merupakan dari proses-proses perilaku operant (operant behavior) terutama yang memfokuskan diri pada perilaku-perilaku yang dapt diamati, dan diteliti.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar