Kamis, 16 Februari 2017

Pekerjaan Sosial dengan Kelompok - Group Work


Pekerjaan sosial dengan kelompok didefinisikan sebagai suatu metoda pekerjaan sosial yang bertujuan untuk membantu individu-individu atau orang perseorangan dalam meningkatkan keberfungsian sosial mereka melalui pengalaman dalam ‘kelompok yang bertujuan’ dan untuk mengatasi secara lebih efektif masalah-masalah pribadi, kelompok dan masyarakat (Konopka dalam Dubois & Miley, 1992:220). Kelompok bertujuan yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah bahwa kelompok yang digunakan bukan kelompok alamiah atau kelompok yang sudah ada, akan tetapi kelompok yang sengaja dibentuk. Ini berarti bahwa kelompok dibentuk sesuai dengan permasalahan inividu dan tujuan individu menjadi anggota kelompok. Zastrow (Garvin 2011:2) mendefenisikan suatu kelompok sebagai pluralitas individu-individu yang saling melakukan kontak yang satu sama lain saling memperhatikan  dan saling menyadari akan adanya beberapa kesamaan yang penting.
Metoda pekerjaan sosial dengan kelompok juga dikatakan sebagai upaya perubahan berencana yang memandang bahwa individu-individu mengalami pertumbuhan dan perubahan melalui proses dan interaksi di dalam kelompok (Dubois & Miley, 1992:300). Gagasan penting yang perlu diperhatikan dalam definisi ini adalah proses kelompok dan interaksi dalam kelompok, yang dinyatakan berperan dalam pertumbuhan dan perubahan individu-individu. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Garvin (2011:2) bahwa mengubah perilaku individu melalui kelompok lebih efektif daripada upaya perubahan secara individual. Menurut Garvin (2011:11) terdapat sembilan tipe kelompok dalam metoda pekerjaan sosial kelompok, yakni:
  1. Kelompok percakapan sosial (social conversation group),
  2. Kelompok rekreasional (recreational group),
  3. Kelompok rekreasional keterampilan (recreational-skill group),
  4. Kelompok pendidikan (educational group),
  5. Kelompok sosialisasi (socialization group),
  6. Kelompok penyembuhan (therapeutic group),
  7. Kelompok pengambilan keputusan dan pemecahan masalah (decision making and problem solving group),
  8. Kelompok bantu-diri (Self-Help Group),
  9. Kelompok sensitivitas (sensitivity group atau encounter group).

Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan yang fokus utamanya adalah membantu agar orang dapat membantu dirinya sendiri. Dalam proses pertolongannya, pekerjaan sosial berpijak pada nilai, pengetahuan dan keterampilan profesional yang mengedepankan prinsip keberfungsian sosial (social functioning) (Siporin, 1975; Zastrow, 1982; Morales, 1989)
Pekerjaan sosial kelompok merupakan metode pekerjaan sosial yang menggunakan pengalaman kelompok sebagai sarana utama untuk membantu meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan peranan sosial, pertumbuhan atau perubahan di antara anggota-anggota kelompok. Pekerja sosial menggunakan keterampilan dan pengetahuannya untuk memahami dan mempengaruhi terjadinya proses-proses kelompok serta memberikan pelayanan kepada individu di dalam kelompok. Pekerja sosial dapat membentuk suatu kelompok atau mengadakan intervensi terhadap kelompok yang sudah ada dengan cara sedemikian rupa sehingga pengalaman kelompok tersebut dapat menyediakan situasi yang dapat membantu setiap anggota kelompok sesuai dengan kebutuhannya. 

Corey, dkk (2011) memaparkan bahwa teknik-teknik pekerjaan sosial dalam kelompok meliputi:
1.      Persiapan/Pra Kelompok
      Hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan tujuan kelompok, yaitu alasan-alasan spesifik mengapa kelompok dibentuk. Tujuan kelompok biasanya dinyatakan sebagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok untuk membantu anggota-anggotanya. Salah satu cara untuk dapat menetapkan tujuan kelompok adalah  dengan melakukan asesmen kebutuhan (needs assessment). Melalui asesmen kebutuhan dapat diketahui bidang-bidang masalah yang ingin didiskusikan dalam kelompok termasuk alternatif pemecahannya. Menurut Garvin (1987) tujuan kelompok biasanya berhubungan dengan empat hal, yakni : (1) mereduksi perilaku anomi (mengurangi perilaku menyimpang), (2) melaksanakan peran-peran sosial, (3) melakukan kontrol sosial, dan (4) melaksanakan peran-peran alternatif.
      Hal kedua yaitu menyusun komposisi kelompok, dngan memperhatikan antara lain usia, jenis kelamin, ras etnis atau suku, jenis masalah yang sedang dialami, kemampuan komunikasi verbal, tingkat minat dalam kelompok.
      Hal ketiga yaitu mempersiapkan anggota kelompok dengan cara memberikan informasi yang lengkap tentang semua kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan penjelasan tentang apa saja yang harus dilakukan oleh setiap anggota kelompok (aturan main) dalam setiap sesi.
      Hal keempat yaitu mempersiapkan setting fisik dan sosial, seperti ruangan untuk pertemuan kelompok, ruangan penerimaan, ruangan tamu, susunan kursi, dan objek material lainnya, misalnya papan tulis putih, spidol, alat-alat permainan, peralatan relaksasi, perlengkapan olah raga, dll. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah ruangan jangan terlalu luas dan jangan pula terlalu sempit. Ruangan terlalu luas dapat menimbulkan kesan tidak ada batas-batas, dan ruangan terlalu sempit dapat menyebabkan kecemasan.
      Teknik-teknik dalam tahap persiapan atau pra kelompok yaitu:
a.      Membentuk kelompok
b.      Merekrut anggota kelompok
c.      Seleksi anggota kelompok
d.     Melakukan sesi permulaan
e.      Merumuskan tujuan kelompok
f.       Mempersiapkan anggota kelompok agar memperoleh banyak hal dari kelompok
g.      Mempersiapkan pemimpin kelompok
2.      Tahap Awal
      Pada sesi pertama, baik anggota kelompok maupun pemimpin kelompok biasanya mengalami kecemasan. Pemimpin kelompok dapat bertanya-tanya akan seperti apa jadinya nanti kelompok tersebut, apakah ia akan dapat menghadapinya dengan efektif, apakah ia dapat membangun kepercayaan di antara orang-orang yang masih asing itu. Anggota kelompok juga mungkin akan merasa cemas atau hawatir mendapat penolakan, cemas karena harus menceritakan siapa dirinya, cemas bertemu dengan orang-orang baru, dan terhadap situasi yang baru. Anggota kelompok juga akan bertanya-tanya mengenai hasil akhirnya (outcomes) apakah akan sesuai dengan keinginannya atau akan memenuhi kebutuhannya atau tidak. Oleh karena itu, membangun kepercayaan (trust) merupakan pertimbangan dasar dalam tahap memulai ini.
      Hal pertama yang perlu dilakukan pada tahap memulai ini adalah membangun kepercayaan.Membangun kepercayaan dapat dilakukan dengan membicarakan, merumuskan dan menetapkan norma-norma atau aturan-aturan main selama mengikuti kegiatan di dalam kelompok. Pemimpin kelompok perlu membangun relasi, karena relasi yang baik akan efektif dalam membangun  kepercayaan. Sikap-sikap Empathy,  positive regard, nonjudgemental, personal warmth dan genuineness adalah modal dasar untuk dapat membangun relasi.
      Pekerja sosial kelompok juga perlu melakukan fasilitasi utk mengembangkan relasi di antara anggota-anggota kelompok. Misalnya dengan mengupayakan agar di antara anggota saling berbicara, saling mendengarkan, dan mereduksi distorsi yang diakibatkan oleh komunikasi yang kontra produktif. Tugas selanjutnya yang harus dilakukan adalah  membangun struktur di dalam kelompok :komunikasi, kekuasaan, sosial, kepemimpinan, peranan.
      Teknik-teknik dalam tahap awal kelompok yaitu:
a.      Teknik Saling Mengenal
    Menurut Corey, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam teknik saling mengenal dalam kelompok yaitu
1)      Mempelajari Nama
   Mempelajari nama merupakan salah satu teknik untuk membuat para anggota kelompok saling memperkenalkan diri dengan nama dan menceritakan apapun tentang diri mereka yang mereka ingin ceritakan pada kelompoknya. Sebelum para anggota mulai, mereka diminta untuk mengulangi nama-nama orang yang sudah memperkenalkan diri sebelumnya. Cara ini membuat proses saling mengenal berjalan lebih cepat, karena para anggota kelompok tidak sabar untuk bicara sebelum daftar nama yang harus diingat bertambah panjang.
2)      Memperkenalkan diri
   Pemimpin kelompok bisa meminta anggotanya untuk memperkenalkan diri dengan berbagai cara. Pemimpin juga bisa meminta para anggotanya secara sukarela untuk berusaha bercerita tentang diri mereka yang sulit dan beresiko untuk diceritakan. Teknik ini memberi kesempatan bagi para anggota untuk menentukan sejauh mana mereka mau mengambil resiko untuk bercerita dalam sebuah kelompok.
3)      Memperkenalkan Orang Lain
   Cara lain untuk memperkenalkan orang-orang adalah mengelompokkannya menjadi sepasang dan mencari tahu sebanyak mungkin tentang teman mereka sehingga mereka dapat memperkenalkannya kepada kelompok.
4)      Menentukan Batas Waktu
   Pekerja sosial atau pemimpin kelompok bisa memberi mereka alat penghitung waktu dan meminta mereka untuk menceritakan diri mereka yang dianggap penting dalam waktu kurang dari tiga menit.
5)      Menggunakan Pasangan dan Kelompok Kecil
   Untuk mengurangi rasa terintimidasi ketika berada dalam kelompok besar, pekerja sosial bisa meminta mereka untuk membentuk pasangan atau kelompok dan meminta mereka untuk saling mengenal selama sepuluh menit. Selanjutnya bisa dilakukan pergantian pasangan.
6)      Peran Sang Pemimpin
   Para pemimpin kelompok harus menjaga agar kegiatan pada perkenalan awal ini terus berjalan karena dengan cara ini setiap orang yang memiliki beberapa kesempatan untuk membuat pernyataan-pernyataan dan tidak hanya terfokus pada satu orang.
b.      Teknik memfokuskan Para Anggota Kelompok
    Beberapa hal yang bisa dilakukan dilakukan dalam teknik memfokuskan para anggota kelompok, yaitu:
1)  Memperhatikan Proses Kelompok
   Tujuan dalam memperhatikan proses kelompok adalah untuk membantu para anggota kelompok untuk menjelaskan beberapa pemikiran dan perasaan yang mereka miliki ketika dikelompokkan dengan kelompok yang baru
2)  Memfokuskan Pada Masalah-Masalah di Luar Kelompok
      Teknik ini mempunyai tujuan utama untuk membuat para anggota kelompok untuk bicara lebih banyak secara menyeluruh tentang diri mereka dan lebih sedikit tentang orang lain dalam kehidupan mereka.
c.      Teknik Membangun Kepercayaan
    Kemampuan anda untuk membangun langsung dengan orang lain adalah penentu utama tingkat kepercayaan dalam kelompok. Tugas pemimpin kelompok yang paling penting dalam mengatasi rasa curiga adalah memberi kesempatan kepada orang-orang untuk berbicara tentang perasaan mereka pada awal pertemuan. Terbangunnya rasa kepercayaan akan bica dirasakan ketika para anggota kelompok mengekspresikan perasaan-perasaan mereka tanpa takut akan dihakimi dan dikritik.
d.     Teknik Menghadapi Penolakan Awal
    Salah satu cara untuk membangun rasa percaya adalah untuk mengenali tanda-tanda awal penolakan dalam kelompok dan mengatasinya. Para pemimpin kelompok harus menghormati penolakan sebagai bagian alami dari proses dalam kelompok. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik menghadapi penolakan awal yaitu:
1)  Lebih Sensitif Pada Rasa Takut
2)  Memberi Contoh
3)  Bekerja dengan Kelompok yang Bukan Atas Kemauan Sendiri
e.      Teknik Memulai Suatu Sesi
    Ketika suatu kelompok berada pada tahap awal perkembangannya, biasanya memulai sebuah sesi dengan setidaknya sekali putaran untuk berbicara. Jika kita langsung memfokuskan pada satu orang untuk bicara dan tidak membiarkan orang lain menunjukan bahwa mereka hadir atau sekedar menyapa, kita akan seringkali melewatkan tema-tema potensial  dan melewatkan kesempatan untuk membuat para anggota merasa terhubung oleh permasalahan yang sama. 
f.       Teknik Mengakhiri Suatu Sesi
    Fokus utama dalam mengakhiri beberapa sesi-sesi awal bisa dilakukan sebagai ringkasan akan apa yang sudah dirasakan para peserta ketika mereka berada dalam kelompok. Akan sangat berguna untuk melatih para anggota untuk merefleksikan apa yang terjadi dalam kelompok. Bahkan memancing beberapa kata dari masing-masing orang tentang hal-hal penting dalam sesi itu bisa menyatukan anggota kelompok yang merupakan hal penting dalam membentuk kelompok tersebut. Intinya adalah menghindari terlalu cepat dan sedikit atau bahkan tidak ada penutupan sama sekali.
3.      Tahap Transisi
      Sebelum kelompok menghasilkan pekerjaan yang banyak dan bermanfaat, biasanya melewati masa transisi yang cukup sulit. Pada tahap perubahan ini, anggota-anggota kelompok memiliki tugas untuk belajar mengenal, menerima dan mengatasi kecemasan, penolakan, dan konflik.
      Teknik-teknik dalam tahap transisi yaitu:
a.      Teknik Menghadapi Anggota-Anggota Kelompok yang Bermasalah
    Menurut Corey, para anggota kelompok menunjukan perilaku yang sangat sulit yang lebih banyak terlihat pada tahap transisi ini. Respon awal dari pemimpin adalah mengatur karakter kelompok. Para anggota mengamati perilaku pemimpinnya dan seringkali memutuskan bahwa mereka percaya kepada orang tersebut.
b.      Teknik Mengatasi Konflik
    Menurut Corey suatu tahap transisi ditandai dengan adanya konflik dan berbagai macam reaksi negatif menjadi hal yang normal di dalam perkembangan sebuah kelompok. Ketika sebuah kelompok berada dalam transisi, menciptakan dan menjaga kepercayaan tugas utama yang terus berlanjut. Salah satu teknik yang bisa digunakan disini adalah dengan cara menarik perhatian oleh para pemimpin dari si kambing hitam dan memberi masukan keseluruh anggota kelompok.
4.      Tahap Bekerja
      Karekteristik tahapan pekerjaan adalah bahwa partisipan biasanya bekerja atau mengemukakan tema-tema yang ingin mereka eksplor. Para anggota lebih siap mengidentifikasi tujuan dan perhatian mereka dan mereka telah belajar untuk bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Pada tahap ini, para anggota telah bekerja bersama-sama untuk mengembangkan komunitas yang terpercaya, dan mereka menghargai para anggota satu sama lain. Hal ini mendorong para anggota untuk menggali diri mereka sendiri dalam tingkat yang lebih dalam.
      Teknik-teknik dalam tahap bekerja, yaitu:
a.      Bekerja dengan Tema yang Muncul
b.      Bekerja dengan Emosi yang Intens Pada Semua Anggota Secara Serempak
c.      Bekerja dengan Mimpi-Mimpi
d.     Bekerja dengan Proyeksi dan Permasalahan Lain Dari Kewaspadaan Diri
5.      Tahap Pengakhiran
      Tahap pengakhiran sangat penting karena tahap ini banyak menentukan dampaknya di masa depan.Pengakhiran dalam pekerjaan sosial disebut juga dengan istilah terminasi. Jika proses pengakhiran atau proses terminasi berhasil, maka anggota kelompok akan lebih memungkinkan untuk mengalihkan pelajaran yang diperoleh dari kelompok pada situasi kehidupan yang lain, untuk masuk ke dalam pengalaman kelompok yang lain bila diperlukan, dan untuk mengingat kelompok dengan perasaan-perasaan yang positif.
      Teknik-teknik dalam tahap pengakhiran kelompok yaitu
a.      Teknik Mengakhiri Sebuah Sesi
    Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengakhiri sebuah sesi yaitu:
1)  Meminta para anggota untuk memberikan kesimpulan
2)  Menghadapi pekerjaan yang belum terselesaikan
3)  Menyusun tugas pekerjaan rumah
4)  Membuat uraian sendir dari jajak pendapat para anggota
b.      Teknik Langkah Akhir Sebuah Kelompok
    Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengakhiri sebuah kelompok yaitu:
1)  Meninjau ulang pengalaman kelompok
2)  Spesifikasi tentang hasil dan perencanaan
3)  Rencana masa depan
4)  Kesimpulan reaksi pribadi anggota kelompok
5)  Membuat perjanjian

c.      Mengevaluasi Sebuah Kelompok




2 komentar: