Pekerjaan
sosial dengan kelompok didefinisikan sebagai suatu metoda pekerjaan sosial yang
bertujuan untuk membantu individu-individu atau orang perseorangan dalam
meningkatkan keberfungsian sosial mereka melalui pengalaman dalam ‘kelompok
yang bertujuan’ dan untuk mengatasi secara lebih efektif masalah-masalah
pribadi, kelompok dan masyarakat (Konopka dalam Dubois & Miley, 1992:220).
Kelompok bertujuan yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah bahwa kelompok
yang digunakan bukan kelompok alamiah atau kelompok yang sudah ada, akan tetapi
kelompok yang sengaja dibentuk. Ini berarti bahwa kelompok dibentuk sesuai
dengan permasalahan inividu dan tujuan individu menjadi anggota kelompok.
Zastrow (Garvin 2011:2) mendefenisikan suatu kelompok sebagai pluralitas
individu-individu yang saling melakukan kontak yang satu sama lain saling
memperhatikan dan saling menyadari akan
adanya beberapa kesamaan yang penting.
Metoda pekerjaan sosial dengan
kelompok juga dikatakan sebagai upaya perubahan berencana yang memandang bahwa
individu-individu mengalami pertumbuhan dan perubahan melalui proses dan
interaksi di dalam kelompok (Dubois & Miley, 1992:300). Gagasan penting
yang perlu diperhatikan dalam definisi ini adalah proses kelompok dan interaksi
dalam kelompok, yang dinyatakan berperan dalam pertumbuhan dan perubahan
individu-individu. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Garvin (2011:2)
bahwa mengubah perilaku individu melalui kelompok lebih efektif daripada upaya
perubahan secara individual. Menurut
Garvin (2011:11) terdapat sembilan tipe kelompok dalam metoda pekerjaan sosial
kelompok, yakni:
- Kelompok percakapan sosial (social conversation group),
- Kelompok rekreasional (recreational group),
- Kelompok rekreasional keterampilan (recreational-skill group),
- Kelompok pendidikan (educational group),
- Kelompok sosialisasi (socialization group),
- Kelompok penyembuhan (therapeutic group),
- Kelompok pengambilan keputusan dan pemecahan masalah (decision making and problem solving group),
- Kelompok bantu-diri (Self-Help Group),
- Kelompok sensitivitas (sensitivity group atau encounter group).
Pekerjaan
sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan yang fokus utamanya adalah
membantu agar orang dapat membantu dirinya sendiri. Dalam proses
pertolongannya, pekerjaan sosial berpijak pada nilai, pengetahuan dan
keterampilan profesional yang mengedepankan prinsip keberfungsian sosial (social functioning) (Siporin, 1975; Zastrow, 1982; Morales, 1989)
Pekerjaan sosial kelompok merupakan metode pekerjaan sosial yang menggunakan pengalaman kelompok sebagai sarana utama untuk membantu meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan peranan sosial, pertumbuhan atau perubahan di antara anggota-anggota kelompok. Pekerja sosial menggunakan keterampilan dan pengetahuannya untuk memahami dan mempengaruhi terjadinya proses-proses kelompok serta memberikan pelayanan kepada individu di dalam kelompok. Pekerja sosial dapat membentuk suatu kelompok atau mengadakan intervensi terhadap kelompok yang sudah ada dengan cara sedemikian rupa sehingga pengalaman kelompok tersebut dapat menyediakan situasi yang dapat membantu setiap anggota kelompok sesuai dengan kebutuhannya.
Pekerjaan sosial kelompok merupakan metode pekerjaan sosial yang menggunakan pengalaman kelompok sebagai sarana utama untuk membantu meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan peranan sosial, pertumbuhan atau perubahan di antara anggota-anggota kelompok. Pekerja sosial menggunakan keterampilan dan pengetahuannya untuk memahami dan mempengaruhi terjadinya proses-proses kelompok serta memberikan pelayanan kepada individu di dalam kelompok. Pekerja sosial dapat membentuk suatu kelompok atau mengadakan intervensi terhadap kelompok yang sudah ada dengan cara sedemikian rupa sehingga pengalaman kelompok tersebut dapat menyediakan situasi yang dapat membantu setiap anggota kelompok sesuai dengan kebutuhannya.
1.
Persiapan/Pra
Kelompok
Hal
pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan
tujuan kelompok, yaitu alasan-alasan
spesifik mengapa kelompok dibentuk. Tujuan kelompok biasanya
dinyatakan sebagai
tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
kelompok untuk membantu anggota-anggotanya.
Salah
satu cara untuk dapat menetapkan tujuan kelompok adalah dengan melakukan asesmen kebutuhan (needs assessment).
Melalui asesmen kebutuhan dapat diketahui
bidang-bidang masalah
yang ingin didiskusikan dalam kelompok termasuk alternatif pemecahannya. Menurut
Garvin (1987) tujuan kelompok biasanya berhubungan dengan empat hal, yakni : (1) mereduksi perilaku anomi
(mengurangi perilaku menyimpang),
(2) melaksanakan peran-peran sosial, (3) melakukan kontrol sosial, dan (4) melaksanakan peran-peran
alternatif.
Hal kedua yaitu
menyusun komposisi kelompok, dngan memperhatikan
antara lain usia, jenis
kelamin, ras
etnis atau suku, jenis masalah
yang sedang dialami,
kemampuan komunikasi
verbal, tingkat minat
dalam kelompok.
Hal ketiga yaitu mempersiapkan
anggota kelompok dengan
cara memberikan informasi yang lengkap tentang semua kegiatan yang akan dilakukan
dan memberikan
penjelasan tentang apa saja yang harus
dilakukan oleh setiap anggota kelompok (aturan main) dalam setiap sesi.
Hal keempat yaitu mempersiapkan
setting fisik
dan sosial, seperti
ruangan untuk pertemuan
kelompok, ruangan penerimaan,
ruangan tamu, susunan kursi, dan
objek material
lainnya, misalnya papan
tulis putih, spidol, alat-alat permainan,
peralatan relaksasi, perlengkapan
olah raga, dll. Hal
penting yang perlu diperhatikan adalah ruangan jangan terlalu luas dan jangan
pula terlalu sempit. Ruangan terlalu luas
dapat menimbulkan kesan tidak ada batas-batas, dan ruangan terlalu sempit
dapat menyebabkan kecemasan.
Teknik-teknik dalam tahap persiapan atau pra kelompok yaitu:
a.
Membentuk kelompok
b.
Merekrut anggota kelompok
c.
Seleksi anggota kelompok
d.
Melakukan sesi permulaan
e.
Merumuskan tujuan
kelompok
f.
Mempersiapkan anggota
kelompok agar memperoleh
banyak hal dari kelompok
g.
Mempersiapkan pemimpin
kelompok
2.
Tahap Awal
Pada
sesi pertama, baik anggota kelompok maupun pemimpin kelompok biasanya mengalami kecemasan. Pemimpin
kelompok dapat bertanya-tanya akan seperti apa jadinya nanti
kelompok tersebut,
apakah ia akan dapat menghadapinya dengan efektif, apakah ia
dapat membangun kepercayaan di antara
orang-orang yang masih asing itu. Anggota
kelompok juga mungkin akan merasa
cemas atau hawatir mendapat penolakan, cemas karena harus menceritakan
siapa dirinya, cemas bertemu dengan
orang-orang baru, dan terhadap situasi yang baru. Anggota kelompok juga
akan bertanya-tanya mengenai
hasil akhirnya (outcomes) apakah
akan sesuai
dengan keinginannya atau
akan memenuhi kebutuhannya
atau tidak.
Oleh karena itu, membangun kepercayaan (trust)
merupakan pertimbangan
dasar dalam tahap memulai ini.
Hal
pertama yang perlu dilakukan pada tahap memulai ini adalah membangun kepercayaan.Membangun kepercayaan
dapat dilakukan dengan membicarakan, merumuskan dan menetapkan norma-norma atau
aturan-aturan main selama mengikuti
kegiatan di dalam kelompok. Pemimpin kelompok perlu
membangun relasi, karena relasi yang baik akan efektif dalam membangun kepercayaan. Sikap-sikap Empathy, positive regard, nonjudgemental, personal warmth
dan genuineness adalah modal dasar untuk dapat membangun
relasi.
Pekerja
sosial kelompok juga perlu melakukan fasilitasi
utk mengembangkan relasi di
antara anggota-anggota kelompok. Misalnya dengan mengupayakan agar di antara anggota
saling berbicara, saling mendengarkan, dan
mereduksi distorsi
yang diakibatkan oleh komunikasi yang kontra produktif. Tugas selanjutnya yang
harus dilakukan adalah membangun struktur di
dalam kelompok :komunikasi, kekuasaan,
sosial, kepemimpinan, peranan.
Teknik-teknik dalam tahap awal kelompok yaitu:
a.
Teknik Saling
Mengenal
Menurut
Corey, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam teknik saling mengenal dalam
kelompok yaitu
1)
Mempelajari Nama
Mempelajari
nama merupakan salah satu teknik untuk membuat para anggota kelompok saling
memperkenalkan diri dengan nama dan menceritakan apapun tentang diri mereka
yang mereka ingin ceritakan pada kelompoknya. Sebelum para anggota mulai,
mereka diminta untuk mengulangi nama-nama orang yang sudah memperkenalkan diri
sebelumnya. Cara ini membuat proses saling mengenal berjalan lebih cepat,
karena para anggota kelompok tidak sabar untuk bicara sebelum daftar nama yang
harus diingat bertambah panjang.
2)
Memperkenalkan
diri
Pemimpin
kelompok bisa meminta anggotanya untuk memperkenalkan diri dengan berbagai
cara. Pemimpin juga bisa meminta para anggotanya secara sukarela untuk berusaha
bercerita tentang diri mereka yang sulit dan beresiko untuk diceritakan. Teknik
ini memberi kesempatan bagi para anggota untuk menentukan sejauh mana mereka
mau mengambil resiko untuk bercerita dalam sebuah kelompok.
3)
Memperkenalkan
Orang Lain
Cara lain
untuk memperkenalkan orang-orang adalah mengelompokkannya menjadi sepasang dan
mencari tahu sebanyak mungkin tentang teman mereka sehingga mereka dapat
memperkenalkannya kepada kelompok.
4)
Menentukan Batas
Waktu
Pekerja sosial
atau pemimpin kelompok bisa memberi mereka alat penghitung waktu dan meminta
mereka untuk menceritakan diri mereka yang dianggap penting dalam waktu kurang
dari tiga menit.
5)
Menggunakan
Pasangan dan Kelompok Kecil
Untuk
mengurangi rasa terintimidasi ketika berada dalam kelompok besar, pekerja
sosial bisa meminta mereka untuk membentuk pasangan atau kelompok dan meminta
mereka untuk saling mengenal selama sepuluh menit. Selanjutnya bisa dilakukan
pergantian pasangan.
6)
Peran Sang
Pemimpin
Para pemimpin
kelompok harus menjaga agar kegiatan pada perkenalan awal ini terus berjalan
karena dengan cara ini setiap orang yang memiliki beberapa kesempatan untuk
membuat pernyataan-pernyataan dan tidak hanya terfokus pada satu orang.
b.
Teknik memfokuskan
Para Anggota Kelompok
Beberapa hal yang bisa dilakukan dilakukan dalam teknik memfokuskan para
anggota kelompok, yaitu:
1) Memperhatikan Proses Kelompok
Tujuan dalam
memperhatikan proses kelompok adalah untuk membantu para anggota kelompok untuk
menjelaskan beberapa pemikiran dan perasaan yang mereka miliki ketika
dikelompokkan dengan kelompok yang baru
2) Memfokuskan Pada Masalah-Masalah di Luar Kelompok
Teknik ini
mempunyai tujuan utama untuk membuat para anggota kelompok untuk bicara lebih
banyak secara menyeluruh tentang diri mereka dan lebih sedikit tentang orang
lain dalam kehidupan mereka.
c.
Teknik Membangun
Kepercayaan
Kemampuan anda untuk
membangun langsung dengan orang lain adalah penentu utama tingkat kepercayaan dalam
kelompok. Tugas pemimpin kelompok yang paling penting dalam mengatasi rasa
curiga adalah memberi kesempatan kepada orang-orang untuk berbicara tentang
perasaan mereka pada awal pertemuan. Terbangunnya rasa kepercayaan akan bica
dirasakan ketika para anggota kelompok mengekspresikan perasaan-perasaan mereka
tanpa takut akan dihakimi dan dikritik.
d.
Teknik Menghadapi
Penolakan Awal
Salah satu cara
untuk membangun rasa percaya adalah untuk mengenali tanda-tanda awal penolakan
dalam kelompok dan mengatasinya. Para pemimpin kelompok harus menghormati
penolakan sebagai bagian alami dari proses dalam kelompok. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam teknik menghadapi penolakan awal yaitu:
1) Lebih Sensitif Pada Rasa Takut
2) Memberi Contoh
3) Bekerja dengan Kelompok yang Bukan Atas Kemauan
Sendiri
e.
Teknik Memulai
Suatu Sesi
Ketika suatu kelompok berada pada tahap awal
perkembangannya, biasanya memulai sebuah sesi dengan setidaknya sekali putaran
untuk berbicara. Jika kita langsung memfokuskan pada satu orang untuk bicara dan
tidak membiarkan orang lain menunjukan bahwa mereka hadir atau sekedar menyapa,
kita akan seringkali melewatkan tema-tema potensial dan melewatkan kesempatan untuk membuat para
anggota merasa terhubung oleh permasalahan yang sama.
f.
Teknik Mengakhiri
Suatu Sesi
Fokus utama dalam mengakhiri beberapa sesi-sesi awal
bisa dilakukan sebagai ringkasan akan apa yang sudah dirasakan para peserta
ketika mereka berada dalam kelompok. Akan sangat berguna untuk melatih para
anggota untuk merefleksikan apa yang terjadi dalam kelompok. Bahkan memancing
beberapa kata dari masing-masing orang tentang hal-hal penting dalam sesi itu
bisa menyatukan anggota kelompok yang merupakan hal penting dalam membentuk
kelompok tersebut. Intinya adalah menghindari terlalu cepat dan sedikit atau
bahkan tidak ada penutupan sama sekali.
3.
Tahap Transisi
Sebelum kelompok menghasilkan pekerjaan yang banyak dan bermanfaat, biasanya melewati masa transisi yang cukup sulit. Pada
tahap perubahan ini, anggota-anggota kelompok memiliki tugas untuk belajar mengenal, menerima dan
mengatasi kecemasan, penolakan,
dan konflik.
Teknik-teknik dalam tahap
transisi yaitu:
a.
Teknik Menghadapi
Anggota-Anggota Kelompok yang Bermasalah
Menurut
Corey, para anggota kelompok menunjukan perilaku yang sangat sulit yang lebih
banyak terlihat pada tahap transisi ini. Respon awal dari pemimpin adalah
mengatur karakter kelompok. Para anggota mengamati perilaku pemimpinnya dan
seringkali memutuskan bahwa mereka percaya kepada orang tersebut.
b.
Teknik Mengatasi
Konflik
Menurut Corey
suatu tahap transisi ditandai dengan adanya konflik dan berbagai macam reaksi
negatif menjadi hal yang normal di dalam perkembangan sebuah kelompok. Ketika
sebuah kelompok berada dalam transisi, menciptakan dan menjaga kepercayaan
tugas utama yang terus berlanjut. Salah satu teknik yang bisa digunakan disini
adalah dengan cara menarik perhatian oleh para pemimpin dari si kambing hitam
dan memberi masukan keseluruh anggota kelompok.
4.
Tahap Bekerja
Karekteristik tahapan pekerjaan adalah bahwa partisipan
biasanya bekerja atau mengemukakan tema-tema yang ingin mereka eksplor. Para
anggota lebih siap mengidentifikasi tujuan dan perhatian mereka dan mereka
telah belajar untuk bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Pada tahap ini,
para anggota telah bekerja bersama-sama untuk mengembangkan komunitas yang
terpercaya, dan mereka menghargai para anggota satu sama lain. Hal ini
mendorong para anggota untuk menggali diri mereka sendiri dalam tingkat yang
lebih dalam.
Teknik-teknik dalam tahap
bekerja, yaitu:
a.
Bekerja dengan
Tema yang Muncul
b.
Bekerja dengan
Emosi yang Intens Pada Semua Anggota Secara Serempak
c.
Bekerja dengan
Mimpi-Mimpi
d.
Bekerja dengan
Proyeksi dan Permasalahan Lain Dari Kewaspadaan Diri
5.
Tahap Pengakhiran
Tahap
pengakhiran sangat penting karena tahap ini banyak menentukan dampaknya di masa depan.Pengakhiran dalam
pekerjaan sosial disebut juga dengan istilah terminasi. Jika proses pengakhiran
atau proses terminasi
berhasil, maka anggota kelompok akan lebih memungkinkan untuk mengalihkan
pelajaran yang diperoleh dari kelompok
pada situasi kehidupan yang lain, untuk masuk ke dalam pengalaman kelompok yang
lain bila diperlukan, dan untuk mengingat kelompok dengan perasaan-perasaan yang
positif.
Teknik-teknik dalam tahap pengakhiran kelompok yaitu
a.
Teknik Mengakhiri
Sebuah Sesi
Beberapa hal
yang dapat dilakukan dalam mengakhiri sebuah sesi yaitu:
1) Meminta para anggota untuk memberikan kesimpulan
2) Menghadapi pekerjaan yang belum terselesaikan
3) Menyusun tugas pekerjaan rumah
4) Membuat uraian sendir dari jajak pendapat para anggota
b.
Teknik Langkah
Akhir Sebuah Kelompok
Beberapa hal
yang dapat dilakukan dalam mengakhiri sebuah kelompok yaitu:
1) Meninjau ulang pengalaman kelompok
2) Spesifikasi tentang hasil dan perencanaan
3) Rencana masa depan
4) Kesimpulan reaksi pribadi anggota kelompok
5) Membuat perjanjian
c.
Mengevaluasi
Sebuah Kelompok
makasih infonya, keren nih
BalasHapusPermisi, untuk Corey, dkk (2011) itu bukunya judul apa ya?
BalasHapus